Hubungan Rusia dengan Tiongkok Makin Erat di Tengah Invasi Ukraina, Ajak PLA Turut Serta dalam 'Vostok 2022'

- 28 Agustus 2022, 09:20 WIB
ILUSTRASI MILITER RUSIA, Konflik Rusia dan Ukraina Memanas, Vladimir Putin Mulai Bertindak, Jadi Penyebab Perang Dunia 3?
ILUSTRASI MILITER RUSIA, Konflik Rusia dan Ukraina Memanas, Vladimir Putin Mulai Bertindak, Jadi Penyebab Perang Dunia 3? /Pixabay/Alex343/Gowapos.com/

PR BEKASI - Invasi militer antara Rusia dengan Ukraina hingga kini masih belum mereda.

Ukraina yang didekengi oleh Amerika Serikat masih berusaha bertahan dari gempuran yang terus dilakukan militer Rusia.

Bahkan, baru-baru ini militer Rusia justru mengajak China untuk latihan militer bersama demi memperkuat pertahanannya.

Nama dari latihan militer multilateral yang diprakarsai Rusia ini bernama 'Vostok 2022'.

Baca Juga: Makin Memanas, China Perluas Latihan Militer di Sekitar Perairan Taiwan

China resmi turut serta dalam latihan militer ini sejak 25 Agustus 2022 dengan mengirim Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang turut berpartisipasi dalam Vostok 2022.

Dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Global Times, angkatan darat dan udara PLA telah tiba di lokasi latihan yang ditentukan, dan pasukan Angkatan Laut PLA sedang dalam perjalanan ke pertemuan laut dengan kapal-kapal Rusia.

“Unit pihak China yang berpartisipasi dalam latihan darat dan udara telah tiba di area penempatan, dan upaya saat ini sedang dilakukan untuk mengumpulkan pasukan, mendirikan kamp lapangan dan mengintai medan. Selain itu, persiapan penerbangan sedang berlangsung,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Kolonel Senior Tan Kefei.

Analisis militer China juga mengungkapkan hal ini menjadi pertama kalinya PLA turut berpartisipasi dengan latihan militer Rusia.

Baca Juga: Jerman Siap Suplai Kebutuhan Militer, Jadi Pengirim Senjata Paling Canggih ke Ukraina

PLA mengirim tiga pasukannya untuk berpartisipasi dalam satu pelatihan Rusia yang akan berlangsung dari 30 Agustus hingga 5 September di 13 tempat pelatihan di Distrik Militer Timur Rusia.

Sementara itu, dilansir PikiranRakyat-Bekasi.com dari The Eurasia Times, awal bulan ini, ketika China mengkonfirmasi partisipasinya dalam latihan tersebut.

Para ahli militer China menyatakan bahwa salah satu fokus dari latihan gabungan ini adalah untuk menangani potensi ancaman dari arah Samudra Pasifik.

Selain China dan Rusia, Angkatan Bersenjata Belarusia, India, Tajikistan, dan Mongolia akan berpartisipasi dalam latihan komando dan staf strategis Vostok 2022.

Baca Juga: Gazprom Rusia Berencana akan Memperketat Aliran Gas ke Eropa, Jerman: Putin sedang Bermain ‘Permainan Durhaka’

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, latihan tersebut akan fokus pada praktik penggunaan kekuatan (pasukan) dalam memastikan keamanan militer di wilayah Timur.

Ternyata, dibalik turut sertanya PLA dalam Vostok 2022, ada sebuah perjanjian kerjasama dengan Rusia yang sudah ditandatangani setahun silam

Kepala Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menandatangani peta jalan untuk hubungan militer yang lebih dekat dengan China, menunjuk pada penerbangan pembom strategis AS yang semakin sering di dekat perbatasan kedua negara.

Menyambut serangkaian manuver yang melibatkan pesawat tempur dan kapal angkatan laut Rusia dan China, kedua negara menandatangani rencana kerja sama militer dari 2021-2025.

Baca Juga: Prancis Siapkan Pemutusan Gas Alam Rusia, Susi Pudjiastuti: Ayo Kita Juga Sama Harus Melakukan Penghematan

Kefei menyatakan bahwa angkatan darat dan udara Tiongkok telah menyelesaikan perakitan pasukan, pendirian kamp lapangan, dan pemeriksaan lokasi.

Misi pelatihan terbang adaptif juga sedang berlangsung, dan pasukan Angkatan Laut China telah terlibat dalam latihan komunikasi setelah keterlibatan mereka di laut dengan kapal-kapal Rusia.

Menurut Zhang Xuefeng, seorang ahli militer Tiongkok yang berbasis di Beijing, partisipasi Tiongkok dalam latihan tersebut menunjukkan bahwa militer Tiongkok dapat memutuskan kapan akan mengadakan latihan seperti apa dengan siapa, berdasarkan kebutuhan keamanan dan pengaturan pelatihannya sendiri, tanpa campur tangan dari situasi eksternal.

Zhang berpendapat bahwa Barat harus menghindari penafsiran yang berlebihan karena tidak ada hubungannya dengan keadaan internasional dan regional saat ini.***

Editor: Nicolaus Ade Prasetyo

Sumber: Global Times Eurasian Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x