Network
PR BEKASI – Perseteruan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus berlanjut dan kini keduanya tengah berhadapan langsung di kawasan sengketa laut China Selatan.
Pengamat bidang maritim mengatakan Amerika Serikat dan Tiongkok masing-masing sedang menyusun strategi untuk dapat mengelola krisis kepercayaan yang akhir-akhir ini kian memburuk.
Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari South China Morning Post, anggota militer Tiongkok membenarkan kabar tersebut. Ia mengaku sejak insiden yang terjadi pada bulan April lalu, kapal dari kedua negara kini saling berdekatan, hanya berjarak sekitar 100 meter saja.
Baca Juga: WHO Puji Inggris Usai Berhasil Gunakan Dexamethasone untuk Obati Pasien Covid-19
“Insiden semacam itu mengindikasikan kurangnya kepercayaan politik yang dirasakan oleh militer dari kedua negara,” tutur anggota militer Tiongkok yang tidak bisa disebutkan namanya.
Meski laporan tersebut tidak disertai penyebutan nama kapal perang yang saling berhadapan, namun dapat dipastikan bahwa kedua belah pihak kini seperti berkompetisi untuk mengerahkan lebih banyak kapal militer diterjunkan ke laut China Selatan.
Kedatangan kapal militer Amerika Serikat mulai terdeteksi pada akhir Maret lalu diakibat oleh insiden sejumlah kru kapal induk yang berbasis di USS Theodore Rooselvelt dan USS Nimitz terpapar virus corona.
Meski begitu angkatan laut Tiongkok yang dikenal dengan People’s Liberation Army (PLA) yakni Liaoning dan Shandong tetap tak bergeming dan tidak terpengaruhi sama sekali.
Baca Juga: Terlibat Illegal Fishing, Kapal Asing Berbendera Filipina dan Malaysia Diseret ke Ranah Hukum
