Data Pengangguran Amerika Picu Kekhawatiran Permintaan BBM, Harga Minyak Terus Merosot

- 4 September 2020, 12:32 WIB
Ilustrasi produksi minyak bumi.
Ilustrasi produksi minyak bumi. /ANTARA /

PR BEKASI – Harga minyak menetap lebih rendah pada Jumat, 04 September 2020 pagi, disebabkan data pengangguran Amerika Serikat (AS) yang memicu kekhawatiran pemulihan yang lambat untuk ekonomi dan permintaan bahan bakar.

Penurunan harga minyak sempat menyentuh tingkat terendah sejak awal Agustus, sehari setelah data permintaan bensin AS lesu.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, minyak mentah berjangka, Brent, untuk pengiriman November turun sebesar 36 sen atau 0.8 persen, menjadi menetap pada 44.07 dolar AS atau sekitar Rp647.212 per barel.

Baca Juga: Mantan Menpora Abdul Gafur Meninggal Dunia karena Sakit

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), juga terpangkas 14 sen atau 0.3 persen menjadi berakhir di 41.37 dolar AS atau sekitar Rp607.560 per barel.

Kedua harga acuan minyak tersebut terjatuh lebih dari dua persen di awal sesi perdagangan.

Harga saham-saham AS merosot karena investor menjual saham-saham teknologi tinggi dan khawatir tentang pemulihan ekonomi, setelah data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran baru mencapai 881.000.

Baca Juga: Viral Anak Kembar Albino di Wonogiri, si Ibu Dikira Selingkuh dengan Bule

Hal tersebut disesuaikan secara musiman untuk minggu terakhir. Klaim lanjutan pun masih tinggi, dengan jutaan orang yang keluar dari pekerjaan.

Sehari sebelumnya, kedua patokan minyak jatuh lebih dari dua persen setelah data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan permintaan bensin domestik pekan lalu turun menjadi 8.78 juta barel per hari dari seminggu sebelumnya mencapai 9.16 juta barel per hari.

"Pasar gagal bereaksi positif terhadap penurunan persediaan dan kemudian melempar handuk (menyerah) untuk akhir pekan hari buruh," ungkap Phil Flynn, analis di price Futures Group di Chicago, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Pernyataan Megawati Tuai Kritik, Pengamat Politik: Masyarakat Sumbar Tidak Simpati PDI-P

Analis memperingatkan bahwa pemeliharaan kilang yang akan datang dan akhir musim mengemudi musim panas juga dapat membatasi permintaan minyak mentah. Minyak mentah WTI juga berada di bawah tekanan.

"Setelah para penyuling AS mengalokasikan daftar panjang penutupan pemeliharaan selama beberapa bulan mendatang, yang tidak diragukan lagi akan berdampak pada permintaan minyak mentah," ucap ANZ Research dalam sebuah catatan pada Kamis, 3 September 2020.

Karena penutupan menjelang Badai Laura, EIA menyebutkan bahwa tingkat pemanfaatan kilang AS turun 5.3 poin presentase menjadi 76.7 persen dari total kapasitas.

Baca Juga: Tingkatkan Literasi Masyarakat, Pemkab Bekasi Luncurkan Gemmpita

Beberapa analis percaya bahwa pemrosesan tidak akan pulih pada musim gugur.

"Kilang-kilang yang beroperasi dengan tingkat rendah akan menyebabkan banyak minyak mentah di pasar. Minyak mentah itu disimpan, penyimpanan yang membengkak memberi tekanan pada harga." ungkap Bob Yawger selaku direktur energi berjangka di Mizuho.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x