Ia kemudian menyatakan dalam pidato tersebut bahwa ia menyalahkan kesulitan ekonomi Korea Utara yang terus berlanjut akibat sanksi internasional, krisis virus korona, dan serangkaian bencana alam yang melanda.
Sejak menggantikan ayahnya pada 2011, Kim menjadikan kemajuan ekonomi sebagai landasan agendanya. Dia juga bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, membentuk hubungan pribadi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mencakup surat berbunga-bunga.
Baca Juga: BUMN Merger 3 Bank Syariah, Erick Thoir Ungkap Tujuan dan Manfaatnya
Akan tetapi, rencana ambisius untuk perdagangan internasional, proyek konstruksi, dan langkah-langkah ekonomi lainnya telah terhenti karena sanksi yang dijatuhkan atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya.
Perekonomian terpukul lebih lanjut ketika Korea Utara menutup perbatasannya untuk hampir semua lalu lintas karena pandemi. Sementara itu, topan musim panas memperparah ekonomi sebab menyebabkan banjir yang mengancam pasokan makanan.
"Orang-orang kami telah menaruh kepercayaan, setinggi langit dan sedalam laut, pada saya, tetapi saya telah gagal untuk selalu menjalaninya dengan memuaskan.Saya sangat menyesal untuk itu,” ujar Kim.
Baca Juga: Meski Bioskop Kembali Dibuka, Pemprov DKI Masih Melarang Resepsi Pernikahan Saat PSBB Transisi
Kim mengatakan keberhasilan negara dalam mencegah wabah virus korona dan mengatasi tantangan lain merupakan "kemenangan besar" yang diraih oleh warganya.
“Orang-orang kami selalu berterima kasih kepada Partai kami. Justru yang pantas diucapkan terima kasih adalah diri mereka sendiri,” kata dia.***