Kim Jong Un Menangis Saat Pidato, Pengamat Politik Sebut Ada Udang Di Balik Batu

- 13 Oktober 2020, 20:38 WIB
Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, menangis saat berikan Pidato
Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, menangis saat berikan Pidato /Tangkapan layar YouTube.com/NK News

PR BEKASI – Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan meneteskan air mata saat mengisi pidato dalam acara parade militer pada 10 Oktober 2020 lalu.

Kim menjadi emosional ketika dia memberikan penghormatan kepada pasukan atas perngorbanan mereka menyikapi bencana nasional dan mencegah wabah virus corona. Ia juga meminta maaf kepada warga karena gagal meningkatkan standar hidup.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, sejumlah pengamat politik Korea Utara mengatakan bahwa sikap Kim Jong Un tersebut sangat aneh dan tidak biasa.

Baca Juga: Simpang Siur Perjalanan Munculnya 5 Draf Naskah UU Cipta Kerja ke Publik, Versi Ke-5 Sudah Final

“Kerendahan hati dan keterusterangan Kim, serta air matanya dan tersedak, semuanya sangat tidak biasa, bahkan bagi seseorang yang secara terbuka mengakui kekurangan dan memiliki pola ekspresif yang mapan,” kata Rachel Minyoung Lee, seorang peneliti independen dan mantan analis open source Korea Utara untuk pemerintah AS.

Walaupun demikian, para pengamat mengatakan dia juga sedang berusaha untuk menggambarkan dirinya sebagai pemimpin politik yang lebih humanis daripada ayahnya yang eksentrik dan total otoriter, Kim Jong Il.

Pengamat menilai pidato tersebut jelas dirancang dengan hati-hati untuk memikat hati penduduk warga Korea Utara. Pengamat menduga hal tersebut memperkuat citra Kim sebagai pemimpin yang kompeten dan karismatik yang juga memiliki sisi kemanusiaan.

Baca Juga: Update Corona Harian, Pasien Sembuh Covid-19 Meningkat Pesat Sebanyak 4.777 Orang

Sesaat setelah menangis, Kim lalu tersenyum lebar ketika membahas rudal balistik baru yang besar ditampilkan dalam parade.

Ia kemudian menyatakan dalam pidato tersebut bahwa ia menyalahkan kesulitan ekonomi Korea Utara yang terus berlanjut akibat sanksi internasional, krisis virus korona, dan serangkaian bencana alam yang melanda.

Sejak menggantikan ayahnya pada 2011, Kim menjadikan kemajuan ekonomi sebagai landasan agendanya. Dia juga bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, membentuk hubungan pribadi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mencakup surat berbunga-bunga.

Baca Juga: BUMN Merger 3 Bank Syariah, Erick Thoir Ungkap Tujuan dan Manfaatnya

Akan tetapi, rencana ambisius untuk perdagangan internasional, proyek konstruksi, dan langkah-langkah ekonomi lainnya telah terhenti karena sanksi yang dijatuhkan atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya.

Perekonomian terpukul lebih lanjut ketika Korea Utara menutup perbatasannya untuk hampir semua lalu lintas karena pandemi. Sementara itu, topan musim panas memperparah ekonomi sebab menyebabkan banjir yang mengancam pasokan makanan.

"Orang-orang kami telah menaruh kepercayaan, setinggi langit dan sedalam laut, pada saya, tetapi saya telah gagal untuk selalu menjalaninya dengan memuaskan.Saya sangat menyesal untuk itu,” ujar Kim.

Baca Juga: Meski Bioskop Kembali Dibuka, Pemprov DKI Masih Melarang Resepsi Pernikahan Saat PSBB Transisi

Kim mengatakan keberhasilan negara dalam mencegah wabah virus korona dan mengatasi tantangan lain merupakan "kemenangan besar" yang diraih oleh warganya.

“Orang-orang kami selalu berterima kasih kepada Partai kami. Justru yang pantas diucapkan terima kasih adalah diri mereka sendiri,” kata dia.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x