Sesar Lembang Dipantau sejak 1963, BMKG: Tidak Ada yang Tahu Kapan Gempa Besar Akan Terjadi

- 27 Januari 2021, 15:53 WIB
Foto udara sebagian kawasan Bandung utara. Rencananya akan dibangun waterboom di sesar Lembang.
Foto udara sebagian kawasan Bandung utara. Rencananya akan dibangun waterboom di sesar Lembang. /ANTARA/

PR BEKASI – Melalui keterangan yang didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bahwa telah dari tahun 1963 Sesar Lembang berada dalam pantauan BMKG.

Sesar Lembang sendiri merupakan sesar aktif di Jawa Barat yang berada di sekitar 10 km arah utara Kota Bandung, Jawa Barat.

BMKG sejatinya telah mulai memasang dan mengoperasikan WWSSN (World Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang pada 1 Januari 1963.

Baca Juga: Ambroncius Nababan Jadi Tersangka, Benny Harman: Ini Contoh Adanya Keadilan dalam Penegakan Hukum

Hal ini disampaikan oleh Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta pada Rabu, 27 Januari 2021.

Hal ini selain sebagai alat yang memantau gempa di wilayah Indonesia, seismograf yang dipasang di daerah tersebut digunakan juga untuk memantau aktivitas Sesar Lembang.

Sesar yang memiliki panjang sekitar 25-30 km berarah barat-timur yang menurut para ahli memiliki magnitudo tertarget 6.8.

Baca Juga: Minta AS Tarik Mundur Armadanya, China Akan Gelar Latihan Militer di Laut China Selatan Bulan Ini

Seismograf ini berjenis Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengnete Long Period 3 Komponen, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Rabu, 27 Januari 2021.

Para petugas BMKG sejak lama sudah mengamati catatan gempa-gempa lokal pada seismogram analog di sekitar Lembang.

"Bukan berarti sebelum 2008 di Sesar Lembang tidak terdapat aktivitas gempa. Jarangnya aktivitas gempa saat itu karena sensor gempa belum sebanyak seperti sekarang, sehingga beberapa aktivitas gempa lokal dengan magnitudo kecil tidak terekam dengan baik," ujar Daryono.

Baca Juga: Tepis Aji Mumpung dalam Kasus Video Syur, Nobu: Saya Nyaman Dikehidupan Sebelumnya

Pada tahun 2019, BMKG telah memasang 16 sensor seismic pendek lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf frekuensi lebar yang sudah dipasang di Jawa Barat dan Banten.

Sensor gempa yang sengaja dipasang "mengepung" jalur Sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis itu dipasang untuk keperluan operasional dan kajian sesar aktif.

Keberadaan dari sensor gempa yang makin rapat ini diharapkan dapat memantau aktivitas sesar aktif di Jawa Barat secara lebih akurat.

Baca Juga: Ngeri! Setiap 7.7 Detik Muncul Kasus Baru, Covid-19 di Dunia Tembus 100 Juta Kasus

Aktivitas Sesar Lembang terlihat dari adanya gempa-gempa kecil yang masih terjadi di sepanjang jalur sesar.

Data dari beberapa hasil monitoring gempa di Sesar Lembang sangat penting untuk bisa mengetahui tingkat keaktifan gempa dan distribusi zona aktif gempa.

Tidak lupa juga untuk mengetahui mekanisme sumber gempa dan studi struktur bawah permukaan bumi melalui teknik tomografi untuk keperluan mitigasi.

Baca Juga: Parlemen Thailand Dukung Aturan Aborsi Kandungan Maksimal 12 Minggu

"Tidak ada yang tahu kapan gempa kuat akan terjadi. Agar selamat dari gempa, kita dapat melakukan upaya mitigasi konkret dengan membangun rumah tahan gempa dan belajar cara selamat saat terjadi gempa." tutur Daryono.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x