Diduga Jadi Penyebab Banjir Bandang di Garut, Perhutani Bantah Adanya Kerusakan Hutan

- 13 Oktober 2020, 21:09 WIB
Tangkapan layar kondisi Sungai Cipalebuh, Garut.* /istimewa/
Tangkapan layar kondisi Sungai Cipalebuh, Garut.* /istimewa/ /

PR BEKASI - Dugaan kerusakan hutan di hulu sungai yang menjadi penyebab terjadinya banjir bandang akibat luapan sungai lalu merendam ribuan rumah penduduk dan merusak fasilitas umum di wilayah selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat dibantah oleh Perum Perhutani Garut.

Hal ini dikatakan oleh Administratur Perhutani KPH Garut, Nugraha Nugraha saat meninjau warga yang terdampak banjir di Garut, Selasa, 13 Oktober 2020.

Dirinya mengatakan petugas dari Perhutani Garut sudah memeriksa kondisi hutan di hulu sungai untuk memastikan tidak ada kerusakan yang menjadi salah satu penyebab banjir di selatan Garut.

Baca Juga: Dukung Jokowi Lakukan Perubahan, Denny Siregar: Mental Jajahan Harus Segera Direvolusi

"Terkait kondisi hutan yang turut sungainya mengalir ke sini (Garut Selatan) di hulu cukup baik kondisinya, memang kalau yang namanya banjir pasti disebabkan oleh air," kata Nugraha, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs berita Antara.

Menurut dia, banjir akibat luapan sungai itu bukan karena kerusakan hutan, tetapi intensitas air hujan yang tinggi sehingga hutan tidak mampu menyerap air hingga akhirnya terjadi banjir.

"Kami nyatakan di sana tak ada kerusakan, curah hujan terlalu tinggi itu sama saja kayak hutan itu 'diseblok' (disiram) air besar sampai tak bisa menampung," kata Nugraha.

Baca Juga: Beri Sambutan di Hari Nabi Kongzi, Ma'ruf Amin Ungkap Alasan Agama Lebih Baik dari Militer

Sebelumnya, Bupati Garut Rudy Gunawan menyatakan banjir bandang di Garut diduga karena adanya kerusakan lingkungan atau hutan di hulu sungai yang kewenangannya ada di Perhutani.

Bahkan, lanjut dia, kondisi kerusakan hutan yang disinyalir menjadi salah satu penyebab bencana alam di Garut sudah beberapa kali dibahas, dan disampaikan ke masyarakat.

"Kejadian ini (banjir) kan terus terjadi, maka kita perlu lakukan rekonstruksi hutan, minimalisasi agar tak terjadi banjir lagi," kata Bupati.

Baca Juga: Meneteskan Air Mata saat Pidato, Kim Jong Un dikabarkan Tertekan karena Gagal Menangani Covid-19

Sebelumnya, hujan deras mengguyur wilayah selatan Garut pada Minggu, 11 Oktober 2020 kemudian terjadi luapan sungai besar yang bermuara ke laut, lalu merendam ribuan rumah penduduk di Kecamatan Pameungpeuk, Cibalong, dan Cikelet.

Pemkab Garut sudah menyalurkan bantuan dan menyiapkan tempat pengungsian dan dapur umum untuk membantu warga yang terdampak banjir bandang di daerah itu.

Selain banjir, wilayah selatan Garut juga dilanda bencana tanah longsor, tepatnya di Kecamatan Peundeuy yang merusak rumah penduduk dan menggangu akses jalan warga di daerah perbukitan.

Baca Juga: Kim Jong Un Menangis Saat Pidato, Pengamat Politik Sebut Ada Udang Di Balik Batu

Tidak hanya di Garut, banjir bandang juga menerjang wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Banjir tersebut merendam rumah warga di wilayah Cirapih, Cibalong, Pamijahan, Sodonghilir, dan Bojongasih.

Peristiwa banjir bandang dan longsor di wilayah Garut selatan dan Kabupaten Tasikmalaya ini diduga sebagai efek fenomena La Nina yang telah diprediksi oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) yang akan menerjang sebagian wilayah Indonesia mulai Oktober ini. ***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah