Tersiar Kabar Megawati Punya Skenario Lain di Pilpres 2024, Refly: Gerindra dan PDIP Memang Cocok

26 November 2020, 19:13 WIB
Ketum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.* /Tangkapan layar YouTube/PDI Perjuangan./
 

PR BEKASI - Baru-baru ini keluar hasil survei elektabilitas calon presiden (capres) 2024 yang diselenggarakan oleh Center for Political Communication Studies (CPCS). 

Dalam survei tersebut, Prabowo Subianto kokoh di peringkat pertama dengan elektabilitas 19,2 persen, diikuti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 16 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 11,3 persen, dan terdapat nama baru yaitu Habib Rizieq Shihab 7,1 persen.

Kemunculan Habib Rizieq secara otomatis menggusur Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang kini berada di urutan kelima dengan elektabilitas 6,6 persen dan diikuti mantan wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno dengan elektabilitas 5,8 persen.

Hasil survei elektabilitas capres yang dirilis CPCS. CPCS

Baca Juga: Edhy Prabowo Diciduk KPK, Surat Ekspor Benih Lobster Disetop Sementara

Pakar hukum tata negara Refly Harun turut menyoroti polemik capres 2024 mendatang.

Menurutnya untuk saat ini yang bisa dengan santai mencalonkan capresnya adalah PDI Perjuangan (PDIP).

"Memang saat ini yang paling ongkang-ongkang kaki adalah PDIP jika presidential threshold tetap dipertahankan 20 persen kursi atau 25 persen suara anggota DPR," ucapnya.

Baca Juga: Populasinya Terancam, Gajah Lapar di Sri Lanka Kabur dari Hutan hingga Masuki TPA dan Makan Plastik

"Maka hanya satu partai yang sudah mencapai 20 persen dalam pemilihan legislatif kemarin, karena basisnya adalah pemilihan legislatif kemarin tahun 2019 untuk Pilpres 2024 yaitu PDIP," kata Refly.

Setelah PDIP, kursi terbanyak nomor dua adalah Golkar tapi tidak sampai 20 persen, lalu Gerindra, Nasdem, PKB, Demokrat, PKS, PAN, dan PPP. Jika ditotal ada sembilan partai politik di senayan yang bercokol saat ini.

"Sembilan partai politik ini lah yang menurut hitungan kursi mencalonkan presiden dan wakil presiden untuk 2024," tuturnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Refly Harun, Kamis, 26 November 2020.

Baca Juga: Benarkah Meniup Makanan Saat Masih Panas Dilarang Rasulullah SAW? Begini Pemahamannya

Kalau basisnya adalah suara, ucap Refly, bisa ditambah 7 partai yang tidak lolos parliamentary threshold yaitu partai PBB, PKPI, Berkarya, Garuda, Perindo, PSI, dan Hanura.

"Tapi kalau basisnya suara kan 25 persen, pasti orang lebih memilih kalau basisnya kursi yang 20 persen lebih kecil," ucapnya.

Oleh karena itu menurut Refly, untuk saat ini baru PDIP yang memenuhi kursi 20 persen tersebut.

Baca Juga: Bela Luhut yang Ditunjuk Jadi Menteri KKP, Ruhut Sitompul: Jangan Ngebacot dan Nyinyir

"Sementara partai lainnya harus berkoalisi, hanya memang Gerindra cukup ambil satu teman koalisi, Golkar cukup ambil satu teman koalisi maka akan terjadi 3 calon kalau 3 besar ini mencalonkan calon presiden yang berbeda," tuturnya.

Namun yang menyita perhatian Refly adalah dua calon besar PDIP yaitu Ganjar Pranowo dan Puan Maharani.

"Semuanya kan punya kendaraan politik, yang membedakan adalah kalau Gerindra sudah pasti Prabowo, tapi PDIP belum tentu Ganjar pranowo, tergantung bagaimana posisi terakhir PDIP dan Ganjar, apakah Ganjar masih pantas menjadi Capres nanti apakah beliau harus mengalah dengan Puan misalnya," ucapnya.

Baca Juga: Indonesia Tidak Termasuk, UEA Setop Penerbitan Visa Baru bagi 13 Negara Berpenduduk Mayoritas Muslim

Karena Refly mendapat kabar bahwa terdapat skenario Megawati Soekarnoputri tidak akan mengunggulkan Ganjar sebagai capres PDIP.

"Ada skenario Megawati barangkali tidak akan memajukan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden tetapi memasangkan Puan Maharani dengan Prabowo Subianto, dan itu jika dilihat dari spektrum politik arusnya sama mereka sebenarnya," ucapnya.

Refly menilai kedua partai tersebut, Gerindra dan PDIP memiliki pemikiran yang sejenis dan memang cocok jika Puan dan Prabowo dipasangkan.

Baca Juga: Pakai Pelat Nomor RI 1 Palsu, Seunit Mobil Pajero Berusaha Terobos Gerbang Mabes Polri

"Sama-sama kiri luar, sama-sama partai nasionalis yang tidak pro pasar, yang cenderung nasionalistik, jadi kerja sama itu sudah terjalin di tahun 2009 sesungguhnya, dan sekarang mereka bersatu lagi dalam kabinet, jadi tidak ada konflik ideologis antara gerindra dan PDIP sesungguhnya," tuturnya.

Tapi yang menjadi masalah menurut Refly adalah siapakah yang akan menjadi number one-nya, capres dan cawapresnya.

"Kalau nanti Ganjar ternyata elektabilitasnya seperti Presiden Jokowi kemarin nomor ,1 mungkin saja Megawati akhirnya mengalah dan menyerah membiarkan Ganjar menjadi calon presiden dan bisa jadi berhadapan dengan Prabowo lagi," ucapnya.

Baca Juga: Polda Jabar Naikkan Status Kasus Acara Habib Rizieq di Megamendung

Refly kembali menegaskan bahwa PDIP telah aman untuk urusan mencalonkan presiden hanya memang untuk saat ini yang menjadi persoalannya siapa yang akan Megawati pilih, Ganjar atau Puan, kita lihat saja nanti.***

Editor: Puji Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler