Bicara Soal Korupsi, Sujiwo Tejo: Mau ICW Didobelin Sampai Seribu, Jalan Tikusnya Akan Selalu Ada

2 Desember 2020, 13:03 WIB
Budayawan Sujiwo Tejo sampaikan tanggapannya terkait korupsi yang menjerat Edhy Prabowo dalam ekspor baby lobster. /@president_jancuker/Instagram

PR BEKASI - Pemberitaan terkait kasus korupsi perizinan ekspor benih lobster yang menjerat mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo hingga kini masih menjadi sorotan publik.

Kebijakan ekspor benih lobster yang kembali dibuka oleh Edhy Prabowo, setelah sebelumnya sempat dihentikan oleh Susi Pudjiastuti pun kembali memicu perdebatan publik.

Dalam acara "Indonesia Lawyers Club" sejumlah tokoh pun menyampaikan tanggapan mereka terkait kasus korupsi tersebut.

Baca Juga: Jasad Perempuan Ditemukan dalam Koper di Arab Saudi, Polisi: Benar Ia Warga Tangerang

Budayawan Indonesia, Sujiwo Tejo mengatakan, sampai kapanpun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan terus bekerja untuk menangkap para koruptor.

Pasalnya, korupsi tidak akan pernah ada habisnya, lantaran selalu ada motif di balik tindakan tersebut.

"Setuju sama Pak Romanus tadi yang penting sistem, tapi bagi saya sistem sebaik apa pun kalau ada motif masih bisa," kata Sujiwo Tejo, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Rabu, 3 Desember 2020.

Baca Juga: Tahun Kerbau Logam 2021 Diprediksi Cocok untuk Menjalin Hubungan dan Keberuntungan bagi 5 Shio Ini

Menurutnya, korupsi akan selalu ada jika ketamakan dan kerakusan masih ada di dalam sifat para pemimpin.

"Korupsi akan tetap ada, kalau ketamakan dan kerakusan masih ada di kalangan pemimpin. Sudahlah mau ICW didobelin sampai ada seribu ICW pun tetap akan ada korupsi, jalan tikusnya akan selalu ada," kata Sujiwo Tejo.

Dia mengatakan, di dalam jalan cinta yang mulia saja selalu ada jalan-jalan terobosan untuk berbuat yang tidak baik, apalagi di dalam jalan kejahatan.

Baca Juga: Kabar Terkini Letusan Gunung Semeru: Satu Orang Dikabarkan Hilang Saat Evakuasi

Sujiwo Tejo lantas menjelaskan bahwa dalam kasus korupsi ada keterkaitan antara rakyat dan pemimpin.

"Kenapa ada pemimpin tamak? Karena rakyatnya rakus. Itu jodoh. Sehingga dalam proses pemilihan dan lain sebagainya mudah disogok dan lain-lain, sehingga lahirlah pemimpin-pemimpin rakus. Kenapa rakyat rakus? Nah ini pekerjaan KPK," kata Sujiwo Tejo.

Tak hanya itu, maraknya kasus korupsi di Indonesia juga tak lepas dari tingginya sifat hedonisme, yang membuat seseorang kadang merasa tidak cukup dan tidak puas dengan pendapatannya.

Baca Juga: Polri Catat Kejahatan Siber per November 2020 Mencapai 4.250 Kasus

"Sebetulnya, hampir seluruh orang itu gak akan cukup pendapatannya. Cuman ada orang yang mengatasi ketidak cukupannya dengan sufisme, ada yang mengatasi dengan korupsi," ujar Sujiwo Tejo.

Padahal menurutnya, banyak orang yang penghasilannya tidak tinggi, tapi mampu menghidupi keluarganya tanpa harus korupsi.

"Banyak orang yang gak suka polisi, tapi saya banyak teman polisi yang mengasuh anak yatim. Bukan dihidupi karena sabet kiri sabet kanan, tapi betul-betul dari gajinya," kata Sujiwo Tejo.

Baca Juga: Pegang Roda Pemerintahan, Benny Wenda: Republik Papua Barat Akan Jadi Negara Hijau Pertama di Dunia

Sehingga menurutnya, saat ini penduduk Indonesia terbagi menjadi dua jenis, yakni mereka yang sudah ditangkap KPK, dan belum ditangkap lembaga antirasuah itu.

"Banyak orang yang hidupnya gedebukan akhirnya korupsi di banyak tempat, kecil-kecilan. Sehingga yang terjadi di Indonesia sekarang, sebetulnya penduduk Indonesia terdiri dari mereka yang sudah ditangkap KPK, dan mereka yang belum ditangkap KPK." kata Sujiwo Tejo.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ILC

Tags

Terkini

Terpopuler