PR BEKASI - Usai mendapat ujaran rasisme dari Permadi Arya alias Abu Janda, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai kembali mendapat ujaran rasisme dari politisi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Ambroncius Nababan.
Sebagai informasi, Ambroncius Nababan juga merupakan relawan Jokowi saat Pilpres 2019 lalu.
Dalam unggahan akun FaceBook-nya, Ambroncius Nababan menghina Pigai dengan menyamakan dirinya dengan seekor Gorilla.
Baca Juga: Cek Fakta: Dokter di Palembang Dikabarkan Meninggal Usai Sehari Disuntikan Vaksin Covid-19
"Edodoe pace. Vaksin ko bukan sinovac pace, tapi ko pu sodara bilang vaksin rabies," kata Ambroncius Nababan.
Selidik punya selidik, Ambroncius Nababan ironisnya justru pernah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPR RI - DPRD Provinsi Papua.
Berita pencalonan Ambroncius tersebut dibeberkan oleh Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat Yan Harahap.
"Manusia rasis ini ternyata pernah minta dukungan, doa, dan restu warga Papua yang telah dihinanya. Manusia tak ada akhlak," kata Yan Harahap dalam akun Twitter-nya.
Menanggapi hal tersebut, Natalius Pigai mengungkap bahwa kejahatan di Papua didasari oleh kebencian rasial.
"Seluruh kejahatan di Papua didasari oleh kebencian rasial," tutur Natalius Pigai dalam akun Twitter-nya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Senin, 25 Januari 2021.
Baca Juga: Sempat Gegerkan Warga, Lapan Rilis Analisis Dentuman di Buleleng Bali
Menurut Pigai, rasisme yang diterima oleh orang-orang Papua membuat hidup berbangsa menjadi tidak nyaman.
"Orang Papua tidak akan pernah bisa hidup nyaman dengan bangsa rasialis," ucap Natalius Pigai.
Oleh karena itu, Pigai menilai pemerintah harus bisa membuka kran demokrasi dalam upaya menghapus tindakan rasisme di Indonesia.
Pasalnya, ungkap Pigai, tindakan rasisme yang diterima orang-orang Papua dapat memicu perpecahbelahan sesama bangsa.
"Jakarta harus buka kran demokrasi dengan rakyat Papua. Kalau tidak, maka saya khawatir instabilitas bisa terjadi karena konflik rasial di Papua. Saya orang pembela kemanusaaan berkewajiban moral untuk ingatkan." ujar Natalius Pigai.***