Hadapi Para Pengkritik, Anies Baswedan: Kalau di Wilayah Publik, Kupingnya Tidak Boleh Tipis

16 Februari 2021, 16:00 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan pendapatnya perihal kritik yang marak dilakukan di wilayah publik secara digital. /Instagram.com/@aniesbaswedan

PR BEKASI - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan dalam menghadapi kritik tidak boleh memiliki kuping yang tipis. Hal itu merupakan konsekuensi ketika seseorang berada di wilayah publik.

"Jadi kalau berada di wilayah publik, maka kupingnya enggak boleh tipis," kata Anies Baswedan seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube tvOneNews, Selasa, 16 Februari 2021.

Terhadap kritik yang dilakukan oleh orang lain, bagaimanapun cara penyampaiannya, menurut Anies Baswedan lebih baik didengarkan saja. Sebab kritik itu merupakan suara dari pendapat rakyat.

"Kita dengarkan saja bila ungkapan disampaikan dengan akademik (maka) baik-baik saja. Bila ungkapan kritik dilakukan secara kasar, itu ekspresi kemampuan dia dalam mengungkapkan," kata Anies Baswedan.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Minta Kapolri Ikut Sukseskan Pelaksanaan Program Vaksinasi Covid-19

Baca Juga: Ungkap Kronologi Didiagnosa Kanker Prostat, Kak Seto: Tiba-tiba Saya Ambruk, Badan Panas Tinggi

Baca Juga: Arab Saudi Tangkap Ulama Perempuan karena Terus Berdakwah dan Mengajar Al-Quran di Rumah

"Tapi bagi saya yang sedang bekerja, ini semua adalah ungkapan pendapat rakyat. Baik yang mendukung, baik yang tidak mendukung, baik yang mencaci, baik yang kata-katanya kasar," ucap Anies Baswedan.

Anies Baswedan juga menegaskan bahwa ketika pengkritik menyampaikan pendapatnya dengan cara kasar, maka hal itu akan mempermalukan diri si pengkritik sendiri, bukan mempermalukan dirinya.

Sebagai pelayan publik untuk wilayah Ibu Kota Jakarta, Anies Baswedan mengaku tidak menempatkan kritik ke dalam ranah pribadi.

Baca Juga: Rahmat Effendi Gelar Party di Cisarua, Dr Tirta Minta Ridwan Kamil Tindak Tegas Walikota Bekasi

"Saya sedang diamanati, selama tiga tahun terakhir ini mengurus masalah di Jakarta. Apakah masalahnya baru mulai tiga tahun terakhir? tidak, masalahnya sudah lama. Dan kemudian ketika orang mengkritik, rileks saja, anggap itu bagian dari ungkapan pandangan," kata Anies Baswedan.

Namun begitu Anies Baswedan mengingatkan kepada pengkritik yang dinilai terlampau keras, bahkan berujung caci-maki, agar dapat berhati-hati dengan sikapnya. Anies Baswedan mengatakan bahwa dalam era digital, terdapat rekam jejaknya.

Karena itu ia menyampaikan agar jangan sampai ungkapan caci maki yang dilakukan oleh seseorang, di kemudian hari justru akan membuat malu anak - cucunya sendiri.

Baca Juga: Soroti Isu Radikalisme, Mahfud MD: Indonesia Lahir karena Bung Karno Radikal

"Ini beda dengan dulu, ketika catatan itu tidak ada. Hari ini apa yang kita katakan, akan terekam hampir permanen.Termasuk bagi buzzer, siapapun yang berungkap (menyatakan) di situ, jangan sampai di kemudian hari harus men-delete (menghapus) yang ditulis," kata Anies Baswedan.

Sebab ketika seseorang di kemudian hari menghapus tulisannya, maka orang dikatakan oleh Anies seolah sedang mengatakan pada dirinya 'Saya malu pada diri saya sendiri'.

Lebih jauh Anies Baswedan menerangkan bahwa sebetulnya yang terjadi saat ini tidak berbeda jauh dengan obrolan yang terjadi di warung kopi. Namun yang membedakan bahwa obrolan warung kopi saat dulu tidak terdengar, lantaran tidak memiliki media.

Baca Juga: Roy Suryo Sarankan Revisi UU ITE Dipersiapkan dengan Benar: Jangan Hanya Wacana atau Retorika Saja

Situasi itu berbeda dengan saat ini, banyak orang bisa mengungkapkan pendapatnya di manapun dan kapanpun secara mudah. Karena itu Anies Baswedan mengatakan bahwa kritik bukan barang baru.

Sebagai orang yang berada di wilayah publik, maka menurutnya harus bersiap menjadi sasaran kritik.

"Kritik itu bukan hal baru, kalau berada di wilayah publik, maka dia harus siap untuk menjadi kotak pos kritik dari siapapun," kata Anies Baswedan.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: YouTube Sobat Dosen

Tags

Terkini

Terpopuler