PR BEKASI - Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Johanes Suryo Prabowo menyoroti soal berita dari seorang warga di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang tidak bisa bekerja selama banjir.
Banjir di Kudus, Jawa Tengah tersebut sudah berlangsung hampir satu bulan.
Suryo Prabowo pun mempertanyakan kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengapa bencana tersebut bisa terjadi hampir satu bulan.
"Iki piye toh Pak @ganjarpranowo, banjir kok bisa sampai 1 bulan?" cuit Suryo Prabowo, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari akun Twitter pribadi @JSuryoP1 pada Selasa, 23 Februari 2021.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Rocky Gerung Diseret ke Penjara oleh Kapolri? Simak Faktanya
Hingga kini, warga Kabupaten Kudus mengaku banjir yang terjadi di bulan Februari, tergolong cukup parah.
Mereka merasa terganggu dan kerepotan lantaran tidak bisa menjalankan aktivitas harian, bahkan termasuk melakukan pekerjaan mereka.
Selain itu, jumlah desa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang terdampak banjir lantaran akibat adanya curah hujan yang tinggi, ditambah dengan meluapnya air dari sungai setempat semakin bertambah.
Jumlah desa yang terdampak menjadi 16 desa yang tersebar di tiga kecamatan di Kudus.
"Di antaranya tersebar di Kecamatan Kaliwungu terdapat lima desa, Kecamatan Jati ada tiga desa, dan Kecamatan Mejobo ada delapan desa," ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kudus Wiyoto di Kudus.
Akibat banjir tersebut, dicatat terdapat ribuan rumah warga yang terdampak dengan jumlah hingga 4.410 keluarga lebih, yang tersebar di wilayah 16 desa tersebut.
Sementara banjir telah menggenangi ratusan rumah. Dikatakan, beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab dari terjadinya banjir di setiap desa.
Salah satunya adalah adanya luapan air dari Sungai Piji, Sungai Dawe, Sungai Jratun, dan Sungai Bakinah.
Baca Juga: Waspadai Kelelahan pada Wanita Dapat Sebabkan Kanker Serviks, Berikut 4 Gejala Lainnya
BPBD Kudus dilaporkan telah menyalurkan bantuan kepada warga yang terdampak banjir dengan menyiapkan perahu aluminium serta posko pengungsian, seperti di aula Balai Kedungdowo, Banget, dan Kecamatan Kaliwungu.
Upaya untuk mengurangi dampak banjir pun telah dilakukan di Kecamatan Jati, salah satunya dengan meninggikan tanggul di Kencing, juga menyiapkan alat transportasi darurat guna membantu warga setempat.
Disampaikan, selama debit air Sungai Wulan masih tinggi, maka upaya membuang air genangan harus mengandalkan pompa penyedot banjir.
"Kami masih tetap siaga, termasuk personel yang ditugaskan di titik lokasi terjadinya banjir untuk melakukan monitoring mengingat intensitas hujannya belum mereda," ucapnya.***