Kasus AHY-Moeldoko Seperti Mengulang Sejarah SBY, Pengamat: Sama-sama Gunakan Kata Kezaliman

17 Maret 2021, 20:32 WIB
Direktur Median, Rico Marbun menyampaikan pandangannya soal narasi yang dibangun AHY dan Moeldoko dalam kisruh Demokrat. /Dok. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja dan Instagram @dr_moeldoko

PR BEKASI - Pengamat sekaligus Direktur eksekutif median, Rico Marbun membagikan pandangannya terkait masalah Partai Demokrat.

Rico Marbun mengatakan bahwa jika berbicara masalah yang dialami Partai Demokrat, mungkin saja nanti akan ada pertarungan dua gagasan.

"Jadi saya coba untuk di tengah-tengah. Ini pertarungannya sekarang ini ada dua jenis pertarungan, satu pertarungan legal. Pertarungan legal ini lebih sulit dibaca, ada Kemenkumham di sana," kata Rico Marbun.

Dia melanjutkan bahwa memang jika melihat dari sejarah konflik partai seperti PKB atau Hanura, disebutnya kalau Kongres Luar Biasa (KLB) yang diadakan belakangan selalu menang dan rata-rata yang terjadi seperti itu.

Baca Juga: Sambut Kapal Selam Baru RI Alugoro-405, Prabowo Subianto: Bukan Ingin Gagah-Gagahan

Baca Juga: 3.500 Pegawai Ikut Program Vaksinasi BUMN, Bank BTN Berkomitmen Putus Mata Rantai Covid-19

Baca Juga: Dukung Gerakan Bersepeda, PT MRT Jakarta Siapkan Aturan Sepeda Non Lipat Masuk MRT 

Untuk kemudian pertarungan berlanjut ke pengadilan terlebih dahulu baru akhirnya ke Mahkamah Agung.

"Nah itu hutan rimba lah, itu pertarungannya close door, itu ruang tertutup," ucapnya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Talk Show TvOne pada Rabu, 17 Maret 2021.

Dipaparkan olehnya kalau pertaruang terbuka ini lebih kepada pertarungan persepsi dan elektabilitas yang menarik.

Rico Marbun menyebut dua kubu Partai Demokrat tersebut, baik itu kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maupun kubu Moeldoko, terlihat menggunakan satu kosa kata yang sama yaitu kezaliman.

"Dua-duanya sama-sama menggunakan kata kezaliman untuk lawannya," ujarnya.

Baca Juga: Berangkat Kerja Naik Ratangga, Anies Baswedan Tanyakan Jajanan Enak di Sekitar Stasiun Dukuh Atas 

Oleh karena itu, dia mengatakan saat ini masyarakat tengah melihat ada pertarungan yang menarik di dalam pertarungan kedua persepsi tersebut.

Persepsi yang pertama datang dari kubu AHY, yang sudah dari jauh-jauh hari mengatakan kalau akhirnya Demokrat versi kubu Moeldoko disahkan maka pemerintah zalim.

Disebut Rico Marbun, bahwa belum apa-apa Demokrat versi AHY sudah menarik Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke dalamnya, karena memang secara teori elektoral sudah pernah ada contoh dari kasus yang sama.

Dia mengatakan kalau orang Indonesia tidak suka dengan orang yang diperlakukan tidak adil.

"Tau kan Pak SBY sendiri kalau lihat sejarahnya begitu kan. Begitu beliau berhasil di-brand sebagai orang yang terzalimi meroket. Nah ini juga begitu, ada tokoh seperti AHY masih muda dan terzalimi oleh pemerintah," urainya.

Baca Juga: Petani Minta Batalkan Rencana Impor Beras, Ridwan Kamil: Jabar Surplus Beras 320 Ribu Ton 

"Makanya ditarik begitu kan, jadi lawan Jenderal, langsung ditarik presiden, walaupun Pak Menteri berkali-kali mengatakan 'ini apa-apaan jangan dong presiden ditarik-tarik kan enggak ada urusannya'," katanya melanjutkan.

Rico Marbun mengatakan kalau itu satu narasi yang terus berkembang dan narasi tersebut juga berkembang di mantan pemilih 02.

Akan tetapi, di sisi lain juga tidak dapat dianggap enteng, ada persepsi kedua yang menggunakan kata kezaliman juga.

"Dilontarkan oleh Pak Marzuki Alie, Jhoni Allen, mereka melihat bahwa sebenarnya yang sekarang disampaikan, 'sosok yang terzalimi kami-kami ini'," ucap Rico Marbun.

Dia melanjutkan bahwa karena itulah KLB akhirnya terselenggara dan pertarungan ini berkisar pada saling kuat-kuatan.

"Kita akan melihat dalam beberapa waktu ke depan kira-kira dua narasi ini mana yang kuat," ujar Rico Marbun.***

 

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: YouTube tvOneNews

Tags

Terkini

Terpopuler