PR BEKASI - Pengamat teroris, Harits Abu Ulya, menyoroti kasus yang berkembang belakang ini soal terorisme yang menyerang Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri.
Harits Abu Ulya mengatakan bahwa untuk menangkap pelaku dari pembunuhan kasus KM 50 susah sekali, sementara menurutnya mudah untuk mengungkap teroris.
"Sekali lagi banyak ruang abu-abu dalam isu terorisme. Arah propaganda malah muncul FPI lagi," kata Harits Abu Ulya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Realita TV pada Sabtu, 3 April 2021.
Sebelumnya, Harits Abu Ulya memberikan contoh pada kasus bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar.
Baca Juga: Hadiri Pernikahan Aurel-Atta Sebagai Saksi, Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo Jadi Sorotan
Baca Juga: Koboi Fortuner Duren Sawit Resmi Jadi Tersangka, Polisi: Dikenai Undang-Undang Darurat
Dia menyebutnya sebagai masalah yang paradoks, karena begitu kasus dari pelaku pengeboman di depan Gereja Katedral tersebut terungkap maka tak butuh waktu lama bagi pihak keamanan untuk menangkap terduga teroris lainnya.
"Itu kemudian dalam satu hari kan aparat Kepolisian bisa menangkap banyak orang di Condet, Bekasi, Bima, dan sebagainya," ujarnya.
Dia mempertanyakan apakah kemampuan dari pihak Kepolisian dalam hitungan 1x24 jam bisa menangkap terduga teroris di banyak tempat merupakan hasil kerja investigasi hanya dalam satu malam.
Harits Abu Ulya mengatakan, kalau itu hal yang tidak mungkin. Diungkapkannya kalau itu semua sudah termonitor.
"Kan enggak mungkin, ini bukan seperti pelajar yang belajar kebut semalam, bukan. Ini sebelumnya sudah termonitor semua," ujarnya.
Dia mengistilahkan kalau data yang ada itu seperti ikan di dalam akuarium dan tinggal menunggu momentum yang tepat untuk menentukan kapan mau diambil.
Dikatakan olehnya, bahwa hal yang lucu lagi adalah Polda di Sulawesi Selatan pasca-penangkapan 20 orang terduga teroris memastikan situasi aman.
"Eh nggak lama kemudian terjadi dan BIN mengatakan Lukman ini orang yang sudah lama dimonitoring dari 2015. Lah kenapa masih kecolongan?" ucap Harits Abu Ulya.
"Yang 20 aja belum melakukan aksi sudah ditangkap semua, sementara Lukman ini juga masuk ke dalam radar untuk ditarget, kenapa lolos?" tambahnya.
Dia menyampaikan bahwa mencari orang itu tidak susah sesusah buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Harun Masiku.
Atau juga seperti mencari orang yang wajahnya India lalu lari ke daratan India, disebutnya ini hal yang mudah.
Seperti bagaimana pihak aparat dengan mudah menangkap para terduga dalam waktu satu hari, dan bisa menangkap sana sini.
"Ini kan ada paradoks, ada ruang abu-abu dalam isu terorisme dan itu tidak semua orang paham," pungkas Harits Abu Ulya.***