Pernah Tahan Amarah Ulama dan 300 Ribu Relawan saat Lengser, Gus Dur: Sesama Muslim Itu Saudara

23 Juli 2021, 18:09 WIB
Gus Dur pernah menahan amarah sejumlah ulama dan 300 ribu rakyat saat pelengseran dari jabatan Presiden. /Instagram/@jaringangusdurian

 

PR BEKASI - Mantan Presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur rupanya pernah meminta sejumlah ulama agar tidak terpancing emosi saat proses pelengseran dirinya.

Seperti diketahui, hari ini, 23 Juli 2021, Gus Dur mundur dari jabatan Presiden RI tepat 20 tahun lalu.

Gus Dur dilengserkan secara politis oleh parlemen melalui Sidang Istimewa (SI) MPR RI pada 23 Juli 2001.

Menjelang pelengseran tersebut, Gus Dur mengadakan pertemuan dengan sejumlah ulama di Mranggen, Demak, Jawa Tengah.

Baca Juga: Gus Dur Ungkap Amien Rais dan Megawati Dalang Pelengseran dari Kursi Presiden: Memaafkan, Lupa Sih Enggak

Gus Dur berpesan agar ulama tidak terpancing amarahnya atas nama solidaritas umat Muslim.

Hal ini disampaikan Gus Dur, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs NU pada Jumat, 23 Juli 2021.

"Sesama orang Islam itu bersaudara. Kenyataan ini harus dipahami bahwa tindakan kekerasan tidak menyelesaikan persoalan. Jika banyak warga NU ke Jakarta, kemudian membuat gegeran malah akan menambah keributan di Jakarta," ujar Gus Dur.

Menurut informasi, 300.000 relawan berani mati siap berangkat ke Jakarta untuk membela Gus Dur dari upaya pelengseran oleh parlemen.

Baca Juga: 23 Juli Gus Dur Lengser, Alissa Wahid Bagikan Suasana Mencekam: Moncong Panser Sudah Mengarah ke Istana

Kendati demikian, Gus Dur menahan ratusan ribu orang yang ingin berangkat ke Jakarta tersebut.

Gus Dur mengaku, dirinya tidak mau ada kerusuhan dan pertumpahan sesama anak bangsa.

"Tapi saya bilang, daripada bangsa ini pecah dalam pertempuran, darah mengalir karena saya, mending saya lengser aja. Jangan sampai bangsa ini perang saudara," tutur Gus Dur dalam acara talkshow 'Kick Andy'.

Adapun alasan pelengseran Gus Dur dari jabatan Presiden adalah karena dugaan kasus Buloggate dan Bruneigate.

Akan tetapi, Gus Dur menegaskan bahwa dirinya tidak terbukti bersalah secara hukum atas tuduhan tersebut.

"Secara hukum belum pernah dibuktikan saya bersalah," kata Gus Dur.

Usai pelengseran tersebut, MPR kemudian melantik Megawati Soekarnoputri sebagai presiden ke-5.

Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai presiden sejak 23 Juli 2001 hingga 20 Oktober 2004.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: NU

Tags

Terkini

Terpopuler