Tema Lomba Menulis BPIP Timbulkan Kegaduhan, Haikal Hassan: BPIP Mesti Peka, Jangan Dilanjutkan!

15 Agustus 2021, 19:55 WIB
Haikal Hassan usul kompetisi penulisan artikel yang diadakan BPIP tidak dilanjutkan, karena seolah-olah benturkan Islam dan nasionalisme. /Tangkapan layar YouTube.com/tvOneNews

PR BEKASI - Penceramah Ustaz Haikal Hasan memberikan tanggapan terkait polemik kompetisi penulisan artikel tingkat nasional yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Negara (BPIP) dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2021.

Haikal Hassan menilai, BPIP tidak memiliki kepekaan terkait kondisi masyarakat saat ini, sehingga ketidakpekaan itu menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.

Hal itu disampaikan Haikal Hassan saat menjadi narasumber di acara "Apa Kabar Indonesia" bertajuk "Blunder BPIP: Benturkan Islam dan Nasionalisme?".

Baca Juga: Ceritakan Pengalaman Tinggal di Palestina Sejak 2005, Haikal Hassan: Israel Bangsa Biadab dan Bandel!

"BPIP mesti peka, kita tidak menilai masalah judul dulu. Tapi kepekaan ini telah membuat kegaduhan di masyarakat," kata Haikal Hassan, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube tvOneNews, Minggu, 15 Agustus 2021.

Oleh karena itu, Haikal Hassan meminta agar BPIP menyikapi kegaduhan tersebut dengan baik, salah satunya dengan mengganti judul yang lebih sesuai dan tidak sensitif.

"Kegaduhan ini harus disikapi dengan baik, misalnya gantilah judul dengan kesesuaian antara butir-butir Pancasila dengan nilai-nilai keislaman," kata Haikal Hassan.

Baca Juga: Ramai Kritik Pemerintah Lewat Mural, Mardani Ali Sera: Santai Saja, Tak Usah Dianggap Terlalu Serius

"Kesesuaian antara paham kebangsaan dengan butir-butir yang ada dalam perjanjian Madinah, lebih elegan kalau BPIP mau mendengar," sambungnya.

Lebih lanjut, Haikal Hassan mengatakan bahwa saat ini masalah kompetisi menulis artikel yang diselenggarakan BPIP menjadi meluas, karena adanya pemilihan narasi yang tidak tepat.

"Masalahnya, ini akhirnya menjadi meluas seolah-olah ada pemilihan kata yang tidak tepat. Kalau Bang Ali Mochtar kan sering berkata narasi, diksi, itu gak tepat dengan apa yang terjadi sekarang," tutur Haikal Hassan.

Baca Juga: Polisi Buru Pembuat Mural 'Jokowi 404: Not Found', Fadli Zon: Tak Usah Berlebihan, Katanya Demokrasi

Haikal Hassan lantas mengingatkan semua pihak terkait peran ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Salah satunya, peran Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi di Kwitang, yang disuruh mengibarkan merah putih di seluruh Kwitang dengan risiko dibunuh oleh Jepang.

Lalu, peran Habib Muhammad Bin Ahmad Al-Haddad di Condet Al-Hawi, yang berteriak gunakan merah putih sebagai lambang negara Indonesia.

"Itu peran ulama semua. Ini sudah sejarah yang tercatat, jangan dibolak-balik lagi," ujar Haikal Hassan.

Baca Juga: Rizal Ramli Kritik Faldo Maldini Soal Cat Pesawat: Logikanya Cetek Gegara Nempel di Pinggir Kekuasaan

Haikal Hassan pun menyayangkan tema kompetisi penulisan artikel yang diselenggarakan BPIP, karena seolah-olah membenturkan Islam dan nasionalisme.

"Terus sekarang tiba-tiba menyeruak seolah-olah Islam melarang hormat bendera, seolah-olah Islam tidak punya wawasan kebangsaan," kata Haikal Hassan.

Oleh karena itu, Haikal Hassan mengusulkan agar kompetisi penulisan artikel yang diselenggarakan BPIP dengan tema 'Hormat Bendera dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam' segera dihentikan.

"Yang kayak begini dihentikan wacananya, kita tidak dalam rangka menilai ini benar atau salah, enggak. Ini menimbulkan efek apa, enggak. Kita dalam rangka menilai kegaduhan telah terjadi, jangan dilanjutkan," tutur Haikal Hassan.***

Editor: Rika Fitrisa

Sumber: YouTube tvOneNews

Tags

Terkini

Terpopuler