PR BEKASI - Pakar Telematika Roy Suryo memberikan tanggapan terkait dihapusnya mural "Jokowi 404: Not Found" oleh aparat kepolisian, karena dinilai telah menghina presiden sebagai lambang negara.
Roy Suryo menilai, tindakan aparat kepolisian sangat keliru, karena jabatan Jokowi sebagai presiden bukanlah lambang negara.
Hal itu disampaikan Roy Suryo saat menjadi narasumber di acara "Catatan Demokrasi" bertajuk "Mural Jokowi 'Not Found': Kenapa Dihapus?" pada Selasa, 17 Agustus 2021.
"Saya kebetulan termasuk orang di balik UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Tidak ada itu presiden sebagai lambang negara," kata Roy Suryo, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube tvOneNews, Kamis, 19 Agustus 2021.
"Jadi artinya saya kasihan kalau nanti aparatnya itu mencari-cari undang-undang, itu ketemunya 'not found'," sambungnya.
Lebih lanjut, Roy Suryo mengatakan bahwa gambar wajah pada mural "404: Not Found" tidak memiliki kemiripan dengan Jokowi.
Penilaian tersebut Roy Suryo simpulkan berdasarkan hasil analisis kemiripan wajah, dengan menggunakan software face comparator, yang hasil analisisnya sangat valid.
"Sangat valid, ini software yang biasa digunakan untuk menganalisis foto ini mirip atau tidak. Terakhir saya gunakan ini untuk menganalisis artis yang yang kemudian kita pastikan dia melakukan itu di Hotel Medan," tutur Roy Suryo.
"Itu kan awalnya gak ngaku, tapi dengan software ini ketemu 78 persen, lalu akhirnya 98 persen," sambungnya.
Roy Suryo menjelaskan bahwa berdasarkan software face comparator, analisis foto Jokowi dan wajah pada mural "404: Not Found" hanya mencapai 67 persen, yang artinya tidak mirip.
"Foto (mural) ini diperbadingkan dengan foto Pak Presiden, ketemunya hanya 67 persen. Artinya ini di bawah 75 persen. Biasanya saya gunakan analisis ini, kalau di bawah 75 persen itu berarti dia tidak mirip," tutur Roy Suryo.
Oleh karena itu, Roy Suryo pun menilai, seharusnya aparat kepolisian tak perlu repot-repot menghapus mural "404: Not Found", karena gambar wajah di mural tersebut tidak mirip dengan Jokowi.
"Nah, kalau tidak mirip, ngapain dicari, ngapain dihapus? Berarti kan bukan Pak Presiden, gak ada namanya juga, kemudian nanti akan 'not found'. Ini kan istilah komputer," ujar Roy Suryo.
Roy Suryo pun menegaskan bahwa penilaiannya tersebut atas nama ilmiah, ada jurnalnya, dan software yang digunakannya pun memiliki hasil analisis yang selalu tepat.
"Ini ilmiah, ini ada jurnalnya. Jadi saya bicara atas nama ilmiah. Software ini juga sudah saya gunakan sekian lama, berkali-kali, dan selalu tepat," kata Roy Suryo.
"Jadi kalau kita menganalisis seseorang gak boleh ngawur, karena itu menentukan hajat hidup orang itu," ujarnya.
Terakhir, Roy Suryo pun menyebut bahwa aparat kepolisian tak boleh menilai kemiripan wajah Jokowi dan gambar wajah di mural "404: Not Found" secara kasat mata.
"Gak bisa dong (dinilai mirip secara kasat mata), gak boleh kayak gitu, harus ada ilmiahnya," ujar Roy Suryo.
"Dikatakan mirip kalau di atas 75 persen. Kalau di atas 75 persen, itu mirip dan layak untuk dianalisis," sambungnya.
"Kalau di bawah itu, ya ngapain diuji. Artinya mural itu ngapain repot-repot diturunkan, ditertibkan, wong gak mirip. Si pembuat mural nya harus belajar lagi supaya lebih mirip," kata Roy Suryo.***