PR BEKASI - Ekonom Senior Rizal Ramli menyoroti kondisi ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Rizal Ramli menilai bahwa saat ini kondisi ekonomi Indonesia sedang kritis dan dalam kondisi merah.
"Secara umum ekonomi kita sebetulnya sudah masuk ICU, sudah dalam kondisi merah," kata Rizal Ramli, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube Fadli Zon Official, Selasa, 5 Oktober 2021.
Menurut Rizal Ramli, terpuruknya kondisi ekonomi di Indonesia saat ini disebabkan karena tidak ada keberpihakan kepada rakyat dan lebih memilih berpihak pada kalangan oligarki.
"Indonesia lagi susah, apa yang dilakukan? Keberpihakannya pada kalangan oligarki, domestik yang besar, dan asing," ujar Rizal Ramli.
Menurut Rizal Ramli, keberpihakan pemerintah pada kalangan oligarki terlihat dari dihapuskannya pajak pendapatan bagi pengusaha besar selama 20 tahun.
Tak hanya itu, pemerintah juga menghapus kewajiban pengusaha dan eksportir batu bara untuk membayar royalti kepada negara, akibatnya PLN kesulitan hingga harus menaikkan harga listrik.
Oleh karena itu, Rizal Ramli menilai bahwa cara-cara yang digunakan pemerintah untuk menaikkan harga saat ini tak ubahnya seperti copet.
"Ini ekonomi rakyat lagi susah dan cara-cara mereka menaikkan harga ini, itu kayak copet," ujar Rizal Ramli.
Pasalnya, menurut Rizal Ramli, pemerintah tak mengumumkan rencana kenaikan harga pada rakyat, sehingga banyak rakyat yang kaget dan tak memiliki persiapan.
"Kalau dulu kan semua kita umumkan 'Listrik akan naik 3 bulan lagi'. Jadi rakyat bersiap-siap apa yang perlu dikurangi, apa yang perlu ditabung," kata Rizal Ramli.
"Tapi hari ini enggak, rakyat enggak tahu. Tiba-tiba tagihan bulanannya naik, kantongnya bolong. Ini pemerintah udah kayak copet!," sambungnya.
Selain itu, Rizal Ramli menyebut bahwa saat ini pemerintah banyak mengejar pajak kecil-kecil, tapi pajak yang besar justru dilepaskan.
Padahal menurut Rizal Ramli, dalam kondisi susah seperti sekarang ini, harusnya pemerintah memprioritaskan untuk menolong masyarakat menengah ke bawah, bukan malah sebaliknya.
"Bagaimana justru dalam kondisi susah gini, you harus tolong yang menengah ke bawah, ini kan mayoritas," ujar Rizal Ramli.***