Membaca Sepotong Kisah Persahabatan Bob Hasan dengan Soeharto dan Julukan Si Raja Hutan

31 Maret 2020, 18:47 WIB
LUKISAN wajah Bob Hasan dipajang di rumah duka di Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa 31 Maret 2020. Pengusaha yang juga Ketua Persatuan Atletik Seluruh Indonesia serta mantan menteri perindustrian dan perdagangan era Orde Baru itu meninggal dunia pada usia 89 tahun.* /ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA/

PIKIRAN RAKYAT - Bob Hasan, mantan menteri perindustrian dan perdagangan era Soeharto, meninggal dunia Selasa 31 Maret 2020 usai berjuang melawan kanker.

Sebelum menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Bob Hasan juga dikenal sebagai sahabat Soeharto, mantan presiden Indonesia yang terhitung menjabat dalam periode paling lama.

Persahabatan Bob Hasan dengan Soeharto dimulai ketika dia diadopsi Jendral Gatot Soebroto, Panglima Kodam IV/Diponegoro.

Bob Hasan lahir di Semarang tahun 1931 dengan nama Zheng Jiansheng. Dia merupakan anak pedagang tembakau sekaligus cucu imigran Tiongkok.

Baca Juga: Bangkit Lawan Dampak Virus Corona, Sesi I Pagi Perdagangan IHSG dan Rupiah Dibuka Menguat

Bob Hasan sempat mengenyam bangku pendidikan di Belanda. Di sana, dia mulai berkenalan dengan sejumlah pengusaha Indonesia yang kerap berkunjung Amsterdam.

Pertengahan tahun 1950, Bob Hasan kembali ke Indonesia. Dia sempat menjadi pekerja kasar. 

Peruntungan Bob Hasan membaik saat ia mampu menjalin koneksi dengan beberapa perwira Kodam IV/Diponegoro. Di sanalah, awal mula Bob Hasan dijadikan sebagai anak angkat Jenderan Gatot Soebroto.

Perjalanan bisnis Bob Hasan di industri perkayuan dimulai dengan persahabatannya dengan Soeharto. Saat itu, Soeharto juga baru diangkat menjadi penggati Jenderal Gatot Soebroto sebagai Pangdam IV/Diponegoro.

Baca Juga: Jokowi Gratiskan Pembayaran Listrik 450 VA hingga Juni 2020, Ringankan Dampak Virus Corona

Dalam situs Sebijak Institute Fakultas Kehutanan UGM dsiebutkan, tahun 1957, perwira Kodam IV/Diponegoro terlibat dengan banyak penggalangan dana melalui beberapa penyeludupan dan pengutipan biaya administrasi atas barang-barang yang beredar di Jawa Tengah.

Selain itu, perwira Kodam IV/Diponegoro juga terkonsolidasi dengan penyitaan aset-aset yang ditinggalkan Belanda seperti pabrik dan perkebunan.

Sebagai Pangdam, Soeharto juga mendirikan beberapa perusahaan. Ada dua yayasan yang didirikan untuk mengatur pengedaran, distribusi, dan pemasaran komoditas penting di Jawa Tengah.

Dalam perusahaan inilah, Bob Hasan ikut berperan penting membantu Soeharto. Bahkan, pada 1959, Bob Hasan mendirikan sejumlah perusahaan "patungan" antara Kodam IV/Diponegoro dengan pengusaha Tiongkok di Palembang.

Baca Juga: Cerita Kencan Unik di Tengah Pandemi Corona, Dibantu Drone dan Gelembung Pelindung

Perusahaan itu mengatur jalur pelayaran, perusahaan pergudangan, dan beberapa usaha dagang lainnya.

Saat Pangdam IV/Diponegoro terancam dihentikan, Bob Hasan semakin dekat dengan Soeharto. Dalam krisis itu, Jenderal Gatot Soebroto membujuk Jenderal Nasution untuk mengurungkan pemecatan Soeharto.

Sejak saat itu, Soeharto justru dipindahkan ke Seskoad dan diangkat sebagai Brigadir Jenderal untuk memimpin divisi intel.

Seakan berbagi hoki, keberuntungan bisnis Bob Hasan beriringan dengan posisi Soeharto yang menjadi Presiden.

Baca Juga: Warga Isolasi Diri di Atas Pohon Cegah Penularan Virus Corona, Terjadi di India

Saat Soeharto menjabat, Bob Hasan dipercaya menjadi mitra bagi perusahaan asing yang hendak berbisnis kayu di Indonesia.

Bob Hasan merupakan pemegang saham terbesar di PT Georgia Pacific Indonesia, perusahaan patungan.

Saat perusahaan tersebut hengkang dari Indonesia, Bob Hasan otomatis menjadi pemilik satu-satunya.

Dikenal sebagai “raja hutan”, berdasarkan data Forest Watch Indonesia dan Global Foresst Watch dalam buku berjudul Keadaan Hutan Indonesia cetakan 2001, Bob Hasan disebut menguasai lebih dari 2 juta hektare hutan.   

 Karier Bob Hasan di bisnis perkayuan berjalan kian mulus saat pemerintah memutuskan mengentikan ekspor kayu bulat dan mulai mendorong industri pengolahan kayu lokal.

Bob Hasan ditunjuk menjadi Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia. Ia kemudian diberi mandat oleh Soeharto untuk mengontrol laju ekspor, pemasaran, penetapan hargam, dan pengaturan kontrak dagang.

Hasilnya, pada akhir 1980-an, di bawah komando Bob Hasan, Indonesia menguasai 80 persen pasar kayu untuk jenis kayu lapis tropis.

Bob Hasan juga membangun aliansi dengan perusahaan impor Jepang untuk memonopoli distribusi dan pemasaran.

Krisis ekonomi kemudian melanda beberapa negara termasuk Indonesia sejak akhir 1997. Bob Hasan telah diangkat oleh Soeharto sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Namun, Bob Hasan menolak tawaran IMF untuk menghentikan monopoli perdagangan, termasuk produk kayu. Tawaran IMF itu dinilai merupakan upaya melemahkan Indonesia.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Tags

Terkini

Terpopuler