Ikut Raker dengan Komisi VIII DPR, BNPB Ngadu Tak Memiliki Pakar Epidemiologi dalam Strukturnya

24 Juni 2020, 12:59 WIB
Doni Monardo /dok

PR BEKASI - Pemerintah pusat menetapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB sebagai Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia.

Meski menjadi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Indonesia, BNPB mengaku bahwa di dalam strukturnya tidak memiliki salah seorang yang menguasai bidang ilmu epidemiologi.

Padahal, pakar epidemiologi bisa menjadi salah seorang untuk mengambil serta mempertimbangkan langkah penanganan bencana non-alam, seperti pandemi virus corona atau Covid-19 ini.

Baca Juga: Wujud Kepedulian Indonesia, Menlu Tingkatkan Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina Tahun Ini

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala BNPB sekaligus Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Letnan Jenderal (Letjen) Doni Monardo saat mengikuti rapat kerja (Raker) bersama Komisi VIII DPR RI, di Jakarta.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari RRI dengan tidak adanya pakar terkait ilmu epidemiologi di dalam struktur, Doni Monardo mengungkapkan pihaknya melibatkan para pakar terkait ilmu tersebut dari luar BNPB.

"Kami hanya punya satu dokter, itu pun dokter umum. Maka itu, kami mengumpulkan para pakar epidemiologi yang saat ini di ketuai oleh Profesor Wiku Adisasmito," ujar Doni Monardo.

Baca Juga: Optimisme Pemulihan Ekonomi Pascapembatasan Sosial, IHSG dan Nilai Tukar Rupiah Dibuka Menguat

Bukan hanya itu, di masa awal menangani pandemi virus corona atau Covid-19, Doni Mornado mengaku bahwa Indonesia masih gagap akan penanganan pandemi tersebut.

Hal itu didasari, karena di Indonesia hanya tersedia satu laboratorium dalam melakukan pengujian spesimen Covid-19.

Akan tetapi, pihaknya beserta dengan berbagai pihak terkait lainnya terus mengupayakan untuk penambahan laboratorium pemeriksaan spesimen terkait pandemi Covid-19.

Baca Juga: Dianggap Lelucon, Donald Trump Tegaskan Dirinya Tak Bercanda Ingin Perlambat Pengujian Virus Corona

"Awal-awal hanya ada satu, itu pun di laboratorium Badan Pengembangan Penelitian Kesehatan milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes)," ucapnya.

Maka dari itu, ia beserta pihaknya melakukan kerja sama dengan Kemenkes untuk mengupayakan penambahan mesin Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk disebarkan ke seluruh daerah di Indonesia.

"Tapi dengan seiring berjalannya waktu, jumlah laboratorium terus bertambah hingga saat ini terdapat 200 tempat yang bisa melakukan pengujian spesimen Covid-19, dengan total pemeriksaan rata-rata sebanyak 20 ribu," katanya.

Baca Juga: Tak Pasti Kapan Pandemi Berakhir, Gojek Prioritaskan Bisnis Inti Hadapi Pandemi Virus Corona

Hal itulah yang menjadi penyebab penambahan kasus baru Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia setiap harinya.

"Sudah rata-rata kemampuan pemeriksaan spesimen sudah lebih dari 20 ribu (spesimen). Dan inilah mengakibatkan penambahan kasus sejumlah daerah, disamping juga masyarakat ada yang terpapar Covid-19," tuturnya.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler