Perang Tradisional Antara Dua Kampung di Papua, 16 Orang Luka-luka Terkena Tembakan Panah

12 September 2020, 10:51 WIB
Ilustrasi: Perang tradisional terjadi di Papua antara Kampung Wukahilapok dan Kampung Meagama. /PIXABAY/StockSnap

PR BEKASI – Sebanyak 16 orang mengalami luka-luka akibat terkena anak panah di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.

Dikabarkan bahwa hal tersebut terjadi karena ke-16 orang tersebut terlibat perang tradisional.

Perang tradisional yang terjadi di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua merupakan perang yang terjadi antara masyarakat Kampung Wukahilapok dan Kampung Meagama.

Baca Juga: Unik, Toilet Umum di Taman di Jepang Ini Berdinding Kaca Tembus Pandang

"Korban dari dua kelompok itu. Pada Kamis (10 September 2020) korban sebnyak 11 orang dan Jumat (11 September 2020) korban lima orang, sehingga total ada 16 orang luka-luka. Dokter berhasil mengeluarkan serpihan mata panah dari tubuh korban," kata Kapolres Jayawijaya, AKBP Dominggus Rumaropen di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Sabtu, 12 September 2020.

Dominggus mengungkapkan bahwa sebagian besar warga yang terkena anak panah saat ini dirawat di kampung masing-masing.

"Keluarga tetap ngotot untuk bawa pulang ke rumah (tidak dirawat di RSUD). Jadi sudah dibawa pulang ke rumha untuk dirawat di rumah," katanya.

Baca Juga: Harga Kebutuhan Pokok di Jawa Barat Hari Ini, Sabtu, 12 September 2020

Sementara, ia juga mengatakan bahwa personel kepolisian harus melerai kedua kelompok yang berperang ini dengan mengeluarkan tembakan peringatan.

Selain itu, personel kepolisian terus menyampaikan imbauan untuk menghentikan perang tersebut.

Kapolres menjelaskan bawa personel kepolisian telah menempatkan bendera merah putih sebagai batas.

Baca Juga: Mantan Menteri Sosial, Idrus Marham Resmi Hirup Udara Bebas

Dikabarkan batas tersebut dibuat dengan tujuan agar kedua kelompok tidak melewati batas dan bertemu.

Selain itu tentu yang dimaksudkan yakni untuk menghindari bentrokan yang mungkin akan kembali terjadi diantara kedua belah pihak.

Sampai hari ini, polisi tetap ditempatkan di lokasi untuk melakukan penjagaan agar tidak kembali terjadi hal serupa.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Udara, Pertamina Ajak Masyarakat Gunakan BBM Berkualitas

"Tetapi pada sore kemarin, karena di hutan situ sudah gelap sehingga ada dari salah satu pihak membakar beberapa rumah tradisional (honai) lagi," ucapnya.

Sebagaian warga yang sebelumnya berkumpul dan siaga di satu tempat, akan bergerak ketika mendengar teriakan kode dari rekan mereka yang sudah siaga dihutan.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler