Jokowi Diduga Lempar Bantuan dari Mobil, Politikus Demokrat: Presiden Ajari Rakyat Jadi 'Pemulung'

28 Oktober 2020, 08:09 WIB
Rachland Nashidik (kiri) mengkritik Presiden Jokowi (kanan) yang melempar bantuan berupa bingkisan dari mobilnya. /Twitter RachlanNasidik

PR BEKASI - Politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik angkat bicara mengenai video viral yang diduga memperlihatkan sosok rombongan Presiden Jokowi yang melempar bantuan berupa bingkisan ke jalan untuk para warga yang menyambutnya.

Video pria di dalam mobil yang diduga Presiden Jokowi membagikan bingkisan dari dalam mobil itu pun beredar dengan cepat di media sosial.  

Rachland membandingkan dengan kebijakan Bantuan Langsung Tunai di era SBY. Ia menganggap para pengecam SBY tersebut dinilai tak keberatan jika Jokowi mengajari rakyat menjadi 'pemulung'.  

Baca Juga: Hasil Liga Champions Grup C: Curi Poin Penuh, Manchester City Bungkam Marseille di Kandang Sendiri

Hal itu disampaikan oleh Rachland melalui akun Twitter miliknya.

"Dulu kebijakan cash transfer, yang di masa pemerintahan SBY dinamai BLT, dikecam para pendukung Jokowi sebagai "mengajari rakyat menjadi pengemis". Tapi para pengecam itu agaknya tak keberatan bila Pak Jokowi mengajari rakyat menjadi 'pemulung'," ucapnya.

Warganet pun menyoroti perilaku Presiden Jokowi yang membagikan bingkisan dengan cara melemparnya ke jalan.

"Adab itu lebih penting dari ilmu, kalau ngasih apa-apa ke saudara atau siapapun sebisa mungkin pakai tangan kanan, di rapihkan, di kasih baik-baik jangan di lempar. Nanti jadi bumerang. Karena kita juga senang jika di perlakukan dengan baik," tulis akun @RudiSuprianto13.

Baca Juga: Hasil Liga Champions Grup A: Bayern Muenchen Curi Poin Penuh di Kandang Lokomotiv Moscow

"Ketetapan apaan itu, org selevel presiden kok gak punya pikiran, gak punya adab, apa gunanya petugas, team kepresidenan, aparat lokal, tinggal koordinasikan ke mereka, biarkan mereka yg bagikan, tak usah pake atraksi lempar2 bingkisan begitu ke Rakyat, miris !," tulis akun @okkiardianto.

Benda itu diduga adalah bingkisan untuk warga-warga yang menyapa dan terlihat dalam cuplikan video tersebut warga berbondong-berbondong memungut bingkisan tersebut.

Ternyata kebijakan BLT yang dikeluarkan semasa pemerintahan SBY memiliki alasan yang kuat dan logis.

Pada tahun 2004, Pemerintah Indonesia memastikan harga minyak dunia naik, mereka pun memutuskan memotong subsidi minyak.

Baca Juga: Polisi: Motif Gus Nur Ungkap Pernyataan ke YouTube sebagai Bentuk Kepedulian terhadap NU

Hal ini dilakukan dengan alasan BBM bersubsidi lebih banyak digunakan oleh orang-orang dari kalangan industri dan berstatus mampu.

Lalu, setelah didata lebih lanjut, diketahui dari tahun 1998 sampai dengan 2005 penggunaan bahan bakar bersubsidi telah digunakan sebanyak 75 persen. 

Pemotongan subsidi terus terjadi hingga tahun 2008 dengan kenaikan sebesar 50 persen dari harga awal, karena harga minyak dunia kembali naik saat itu. Akibatnya, harga bahan-bahan pokok pun ikut naik.

Demi menanggulangi efek kenaikan harga bagi kelompok masyarakat miskin, pemerintah memperkenalkan program BLT kepada masyarakat untuk pertama kalinya pada tahun 2005. 

Baca Juga: Mencari Rezeki Saat Demo UU Ciptaker, Salim Penjual Nasi Bungkus Ikut Pantau Medsos dan Jumlah Massa

Program ini dicetuskan oleh Jusuf Kalla tepat setelah dirinya dan Susilo Bambang Yudhoyono memenangkan pemilihan umum presiden dan wakil presiden Indonesia pada tahun 2004.

Akhirnya, berdasarkan instruksi presiden nomor 12, digalakkannya program Bantuan Langsung Tunai tidak bersyarat pada Oktober tahun 2005 hingga Desember 2006 dengan target 19,2 juta keluarga miskin.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler