Pembangunan Sarpras TNK Jadi Sorotan, KLHK: Populasi Komodo Meningkat Capai 3.022 Individu

28 Oktober 2020, 12:35 WIB
Komodo di Pulau Komodo, Manggarai Barat, NTT. /ANTARA/Kornelis Kaha/

PR BEKASI – Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), populasi biawak komodo tercatat mencapai 3.022 individu pada tahun 2019.

Angka tersebut menunjukkan kecenderungan populasi biawak komodo mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam siaran pers yang dilakukan di Jakarta, Rabu, 28 Oktober 2020, KLHK mengungkapkan bahwa jumlah total biawak komodo yang pada tahun 2018 sebanyak 2.897 individu, pada tahun 2019 bertambah 125 menjadi 3.022 individu.

Baca Juga: Senator Amerika Serikat: Tiongkok Lakukan Genosida pada Etnis Uighur

Populasi biawak komodo terkonsentrasi di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Jumlah Komodo yang ada di Pulau Nusa Kode hanya ada tujuh, di Gili Motang terdapat 69 individu, dan di Pulau Padar sebanyak 91 individu.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno.

"Populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya adalah lima persen dari populasi di Pulau Rinca, atau sekitar 66 ekor," ujarnya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara.

Baca Juga: Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 2020, Simak Beberapa Amalan Baik yang Dapat Dilakukan

"Bahkan populasi biawak komodo di Lembah Loh Buaya selama 17 tahun terakhir, relatif stabil dengan kecenderungan sedikit meningkat di lima tahun terakhir," sambung Wiratno.

Loh Buaya di Pulai Rinca masih berada di dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) di Nusa Tenggar Timur (NTT), dan merupakan salah satu lokasi kunjungan wisata.

Area tersebut dilengkapi dengan pondok wisata, kafetaria, selter, jalan setapak, dan menjadi tempat pengamatan satwa liar serta penjelajahan.

Baca Juga: Besok Maulid Nabi Bertepatan dengan Puasa Senin-Kamis, Apakah Ada Keutamaan Khusus Jika Berpuasa?

Wiratno mengemukakan bahwa jika upaya perlindungan dijalankan dengan meminimalkan kontak satwa dengan manusia, maka aktivitas wisata terbukti tidak membahayakan populasi biawak komodo di areal Lembah Loh Buaya.

Diketahui, luas areal Lembah Loh Buaya adalah 500 hektare, atau sekitar 2.5 persen dari luas Pulau Rinca yang mencapai 20.000 hektare.

TNK yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer pada tahun 1977, dan Warian Dunia pada tahun 1991 oleh UNESCO, memiliki luas 173.300 hektare dan meliputi 33.76 persen daratan serta 66.24 persen perairan.

Baca Juga: Gerebek Praktik Sabung Ayam, Seorang Petugas Polisi Tercakar Ayam hingga Regang Nyawa

Dari luas tersebut, terdaapt 824 hektare atau 0.4 persen yang ditetapkan sebagai Zona Pemanfaatan Wisata Daratan, dan 1.584 hektare atau sekitar 0.95 persen yang ditetapkan sebagai Zona Pemanfaatan Wisata Bahari.

"Jadi pengembangan wisata alam sangat dibatasi, hanya pada Zona Pemanfaatan tersebut. Ini prinsip kehati-hatian yang ditetapkan sejak dari perencanaan ruang kelola di TNK tersebut," ujar Wiratno.

Pemerintah membangun sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata di kawasan tersebut.

Baca Juga: Unggah Video Sikap Erdogan Terhadap Prancis, Yusuf Mansur Minta Jokowi dan Retno Marsudi Ambil Sikap

Penataan sarana dan prasarana pendukung pariwisara di Lembah Loh Buaya Pulau Rinca telah mencapai 30 persen, dan ditargetkan selesai pada bulan Juni 2021.

Kegiatan pembangunan dan penataan sarana dan prasarana pendukung pariwisata tersebut menjadi sorotan, setelah beredar foto yang menunjukkan komodo sedang berhadapan dengan truk pengankut material.

Direktur Eksekutif Walhi NTT Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi mengemukakan bahwa pemerintah sebaiknya lebih fokus pada upaya konservasi ekosistem dan komodo, ketimbang pembangunan infrastruktur untuk keperluan pariwisata yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler