Petinggi Golkar Usulkan Jokowi Jadi Wapres 2024, Rocky Gerung: Jangan-jangan Pak Jokowi yang Pengen

29 Oktober 2020, 19:46 WIB
Kolase foto Rocky Gerung (kiri) yang curiga jangan-jangan Jokowi (kanan) yang ingin jadi Wapres 2024. /YouTube Najwa Shihab /Pikiran-rakyat.com

PR BEKASI - Petinggi Golkar Leo Nababan baru-baru ini mengusulkan calon untuk Pilpres 2024 yaitu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai Capres dan Cawapresnya Joko Widodo (Jokowi)

Dengan harapan menurutnya Jokowi dapat maju kembali sebagai Capres untuk mengawal pembangunan hingga tahun 2045.

Jabatan Jokowi sebagai Cawapres tersebut hanya untuk menerobos ketidakbolehan untuk menjabat Presiden lebih dari dua periode berturut-turut.

Baca Juga: Libur Panjang, Pemprov Jabar Gelar Tes Cepat Covid-19 di 54 Titik Tempat Wisata

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, pengamat politik sekaligus lulusan ilmu filsafat Universitas Indonesia, Rocky Gerung tentu buka suara terkait kabar tersebut.

Menurutnya, terdapat sebuah kecurigaan bahwa bukan Leo Nanaban lah yang menginginkan hal tersebut tetapi pak Jokowi.

"Jangan-jangan sebetulnya pak Jokowi yang menginginkan itu, lalu pake nama petinggi Golkar Leo Nababan," ucap Rocky Gerung.

Baca Juga: Kabar Gembira, Facebook Beri Bantuan Rp31 juta untuk UMKM, Simak Cara Daftar dan Syaratnya

Dirinya yakin semakin lama publik akan menyaksikan politik ini dan berpikir seolah-olah Indonesia kehabisan stok pemimpin.

"Kalo Airlangga jadi presiden ya ok, itu bagian dalam kompetisi elektoral, tapi kalo pak Jokowi turun jadi wakil presiden, itu artinya kita kehilangan stok kaderisasi politik," tuturnya.

Rocky Gerung pun sambil bercanda mengusulkan ide yang lebih unik lagi.

Baca Juga: Staycation Bisa Jadi Alternatif Libur Panjang di Masa Pandemi, Simak Tips Sehatnya

"Itu kurang lengkap itu, mestinya sekaligus diusulkan Airlangga jadi presiden, lalu pak Jokowi jadi wakil presiden. Itu berarti Golkar tidak punya ketua, maka saya tambahkan aja, supaya pak Airlangga begitu jadi presiden Golkar yang dia tinggalkan kursinya diganti sama ibu Mega," ucapnya.

"Nah itu baru menarik itu, pasti ibu Mega kehilangan kursi PDIP, nah maka ada stoknya, yaitu pak Ma'ruf Amin sebagai mantan wakil presiden nanti, sebaiknya jadi ketua PDIP," tuturnya menambahkan.

Menurutnya hal tersebut akan memicu sirkulasi elit yang nantinya politik hanya dikuasai oleh sejumlah para elit, namun dirinya menyebut hal tersebut bukan masalah besar selama masih menjadi hiburan politik.

Baca Juga: Papua-Papua Barat Dapat Dukungan dari Kerajaan Inggris untuk Kembangkan Ekonomi Hijau

Namun karena sedikit kesal dengan ide Leo tersebut, Rocky Gerung mengatakan hal-hal unik lainnya sambil menyindir Leo.

"Sebetulnya kalau ada teknologi yang bisa menghidupkan para politisi jaman dulu, bisa juga nanti 2024, Gadjah Mada, Raden Wijaya, segala macem, supaya tersambung warisan politik, walaupun sifatnya dinasti, tetapi itulah yang namanya hiburan politik ketika Indonesia mengalami jalan buntu karena diolok-olok oleh dunia," ucapnya dengan nada kesal.

Dirinya pun mengatakan jika hal tersebut terjadi, sempurna pengendalian politik oleh pihak tertentu, perubahan di luar sistem parlementer, dan presidensial, yang pada akhirnya akan memicu amarah masyarakat Indonesia.

Baca Juga: PBB Serukan Seluruh Negara di Dunia untuk Saling Menghormati Semua Agama dan Kepercayaan

Menurutnya pengendalian politik di Indonesia sudah terjadi dalam skala yang lebih kecil dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Indonesia lakukan hal yang sama walaupun di tingkat Kabupaten, Wali Kota, kan ada Wali Kota yang turun jadi wakil, terus dia naik lagi, ada Wali Kota yang kemudian digantikan oleh istrinya dan sebagainya," ucapnya

"Jadi tukar tambah di antara elit sebetulnya dalam upaya untuk menghalangi perubahan politik, kita melihat gejala ini yang menjadi sebuah kebingungan bagi masyarakat, apa sebetulnya yang disebut dengan demokrasi yang riil," tuturnya menambahkan.

Baca Juga: Nama Gibran-Bobby Ikut Terseret Terkait Ucapan Megawati yang Sebut Jokowi Jangan Manjakan Milenial

Dirinya pun yakin, bahwa demokrasi yang dihasilkan saat ini semata-mata hanya untuk menertibkan atau mengatur ulang jual beli proyek dan janji. Semua ini dimaksudkan supaya janji terhadap oligarki tidak berubah.

"Kan kalau terjadi perubahan drastis ya investasi oligarkinya hilang, juga untuk mengamankan Omnibus Law, mengamankan UU Minerba," ucapnya.

Jadi di belakang layar menurutnya, ada tukar tambah politik untuk menjamin pihak ketiga, yaitu investor politik.

Baca Juga: Tak Setuju dengan Ucapan Megawati, Mardani Ali: Jika Milenial Kurang Berprestasi Maka Salah Kita

Rocky Gerung juga menjelaskan bahwa jika pengendalian politik bisa menyentuh skala nasional, maka akan pasti terjadi pembangkangan sipil, karena hal tersebut merupakan konsekuensi dari negara yang melakukan politik monoton atau biasa disebut monolitik.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Youtube Rocky Gerung

Tags

Terkini

Terpopuler