Habib Rizieq Sebut Diganggu Oknum Tingkat Negara, Refly: Ada Nuansa Pemerintah Tak Ingin HRS Pulang

12 November 2020, 07:35 WIB
Kolase foto Habib Rizieq Shihab (kiri) dan Refly Harun (kanan). /Pikiran-rakyat.com

PR BEKASI - Dalam kesempatan sebelumnya, diketahui Habib Rizieq Shihab telah menjelaskan bahwa dirinya menceritakan ada oknum-oknum yang berusaha menggagalkan kepulangannya kembali Indonesia.

Saat dirinya berada di Makkah, Habib Rizieq mengungkapkan berbagai alasan kenapa dirinya diperiksa dan salah satunya adalah merupakan laporan dari Indonesia.

"Mereka mendapatkan laporan sampah dari negeri ini, jadi mereka bilang, kita mendapat informasi-informasi yang bohong, bahkan mereka bilang informasi sampah tentang Anda," ucapnya.

Baca Juga: Sebut Habib Rizieq Lebih Fenomenal, Ferdinand Hutahaean 'Sentil' Andi Arief Soal Sejarah Soekarno

Habib Rizieq menceritakan bahwa ada oknum dari Indonesia yang melaporkan bahwa dirinya adalah buronan yang melarikan diri.

"Ada persoalan hukum yang saya hadapi, saya ini katanya red notice, kemudian ada lagi yang mengatakan kalo saya ini orang politik yang selalu bikin keributan di mana-mana yang bahaya untuk keamanan Saudi," tuturnya.

Dirinya yakin bahwa laporan ini bukan datang dari masyarakat biasa namun datang dari tingkat yang lebih tinggi yaitu negara.

Baca Juga: Vaksin Pfizer Dinilai Sangat Menjanjikan, Namun Tidak Mungkin Disimpan di Kawasan Asia, Mengapa?

"Laporan-laporan semacam ini, saya tidak mau menuduh siapa yang melapor si A, si B, atau si C, tapi ini ada dan ini bukan laporan dari orang biasa, kalo laporan dari orang biasa gak bakal dihiraukan oleh pemerintah Saudi, ini tingkat negara, bukan tingkat rw atau rt," ucapnya.

Tentu pernyataan berani yang diungkapkan Habib Rizieq ini membuat masyarakat Indonesia bertanya-tanya siapakah oknum tersebut.

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun juga ternyata mengaku sempat terbesit ketidakyakinan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab bisa pulang ke Indonesia.

Baca Juga: Catat Harga Barunya! Tarif Tol Jakarta-Cikampek Akan Naik Sebelum Libur Natal dan Tahun Baru

Pasalnya, rencana kepulangan Habib Rizieq yang beberapa kali digemborkan FPI hanya berakhir menjadi wacana.

"Saya terbesit ada ketidakyakinan Habib Rizieq bakal pulang betul karena sejauh ini kalau diamati tidak ada hal yang jelas kenapa dia tidak bisa pulang," kata Refly Harun sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Refly Harun.

"Berkali-kali pernyataan FPI, 212, bahkan pihak Habib Rizieq menginginkan pulang. Kalau overstay terlalu mudah diselesaikan, biasanya dia dideportasi meskipun bahasanya tidak enak. Kalau bayar denda ya bisa juga," kata dia.

Baca Juga: Ferdinand Hutahean Protes, Sebut Tak Layak Bandingkan Habib Rizieq dengan Soekarno

Refly Harun menduga Habib Rizieq sempat terjerat masalah dengan segelintir pihak yang membuatnya terkatung-katung dan susah pulang ke Indonesia.

"Agak mengherankan sampai Habib Rizieq terkatung-katung di sana. Mungkin di awal ada persoalan, setelah semua clear tidak ada halangan baru bisa kembali," ujar Refly.

Kemudian Refly Harun menyoroti pihak otoritas dan pemerintah, termasuk Duta Besar (Dubes) RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel.

Baca Juga: Berangkat Kerja Pakai Seragam, Pilot Ini Banting Stir Jadi Penjual Warung Mi Usai Terkena PHK

Refly Harun mengatakan, ada nuansa segelintir pihak itu menolak kepulangan Habib Rizieq sehingga selalu muncul upaya penggagalannya.

Menurutnya, hal itu wajar apabila disangkutpautkan dengan kemungkinan adanya pertarungan politik 2024 mendatang.

"Kalau kita lihat komentar-komentar dari pihak otoritas, pemerintah termasuk Dubes RI di Arab Saudi, ada nuansa mereka tidak ingin Habib Rizieq pulang," ucap Refly.

Baca Juga: Serangan Bom di Jeddah, Empat Orang Dilaporkan Terluka

"Kalau kita bicara melalui kemungkinan ada pertarungan konstelasi politik kedepan ya itu wajar. Memang 2024 masih lama, tetapi kalau misal satu arus politik menguat, tentu yang lain tidak suka," sambung dia.

Lantas Refly Harun mengaitkan dengan kemungkinan menguatnya partai Islam di Indonesia, padahal pada Pemilu beberapa periode terakhir, partai bernuansa nasionalis lebih mendominasi.

Kendati begitu, Refly Harun menuturkan hal itu wajar dalam perpolitikan. Sebab, di Indonesia sendiri mayoritas penduduk beragama Islam.

Baca Juga: Terima Penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana, Retno Marsudi: Keinginan Masa Kecil Saya Terkabul

Lebih lanjut, Refly Harun menyebut adanya partai Islam tidak perlu dikhawatirkan selagi masih memegang Pancasila dan UUD 1945.

"Harusnya ada sebuah playing fight yang baik, tidak perlu khawatir selagi masih memegang Pancasila dan UUD 1945," tutur Refly.

"Kita tidak perlu khawatir terjebak dengan yang ekstrim kiri atau kanan banget," tutupnya.***

Editor: Puji Fauziah

Tags

Terkini

Terpopuler