Sebut Cara yang Dipakai Rezim Jokowi Tidak Sehat, Haris Azhar: Naudzubillah Kalau Sampai Tiga Kali

- 13 Januari 2021, 18:59 WIB
Haris Azhar (kanan) yang mengomentari cara yang dipakai rezim Joko Widodo (kiri).
Haris Azhar (kanan) yang mengomentari cara yang dipakai rezim Joko Widodo (kiri). /Kolase foto dari YouTube Setpres dan Instagram azharharis

PR BEKASI - Usai pelarangan ormas terlarang FPI, aktivis HAM Haris Azhar menyoroti preseden buruk di masyarakat yang saat ini menjadi takut untuk berkumpul dan berserikat, padahal menurutnya hal tersebut telah dijamin di dalam dasar konstitusi Indonesia.

Haris Azhar menilai cara yang dipakai pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelesaikan di setiap polemik saat ini tidak sehat bagi masyarakat Indonesia, khususnya soal pelarangan organisasi.

"Cara seperti ini sudah pasti gak sehat meskipun Jokowi sudah dua kali, Naudzubillah Min Dzalik katanya kalau mau sampai tiga kali," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Mardani Ali Sera, Rabu, 13 Januari 2021.

Padahal menurutnya berserikat dan berkumpul adalah bagian untuk meningkatkan kualitas demokrasi di Tanah Air dan kualitas demokrasi lah yang akan menentukan arah bangsa Indonesia ke depannya.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Resmi Dimulai, Mantan Menag era SBY Beri Nasihat: Berpotensi Rugikan Diri Sendiri

Haris Azhar pun menganalogikan cara berpikir rezim Jokowi saat ini yang dinilainya tidak sehat.

"Saya pakai cara berpikirnya rezim aja ya, bukan cuman kesepian, rezim ini nanti perang di dalam, jadi tidak dinamis, tidak dialogis, tidak diskursif rezim dengan rakyatnya," tuturnya.

Karena menurutnya, rakyatnya pun nantinya akan ketakutan sehingga secara terpaksa harus taat dengan aturan yang sebenarnya mengancam nilai demokrasi tersebut.

"Nanti semua sudah tiarap menjadi rumput mati, rumput mati juga merupakan pemandangan yang indah kalau anda pergi ke sabana," ucapnya.

"Kemudian akhirnya, entitas yang hidup itu dia gak bisa mencari air di rumput hidup lainnya, dia tidak bisa mendapatkan ulat di pohon yang lain, jadi entitas yang hidup akan saling makan memakan," sambungnya.

Baca Juga: Kelas Terdidik Marah Raffi Ahmad Vaksinasi Bareng Jokowi, Tsamara Amany: Masyarakat Butuh Role Model

Haris Azhar menjelaskan, situasi paling berbahayanya akan terjadi di saat semua rakyat sudah berhasil tunduk pada rezim Jokowi.

"Jadi bahayanya situasi ini sebetulnya saat nanti rezim ini jadi magnet, datang semua ke rezim lalu dirangkul, tapi secara keorganisasian, organisasi ini jadi gak sehat, karena bebannya mahal, semua harus diberi asupan," tuturnya.

Ia juga mengkhawatirkan, hal tersebut nantinya tidak akan menciptakan kreativitas bagi bangsa ini lantaran tidak ada tantangan atau kritik dari pihak yang berseberangan karena circle-nya akan cenderung sama.

"Nah ketika nanti mereka tidak happy, ada perebutan kekuasaan, saling sikut di dalam, ketika ada yang 'mati', butuh pembiayaan, butuh pertolongan, daya dongkraknya mahal, belum juga nanti ada yang nyeselin," ucapnya.

Baca Juga: Kapten Vincent Raditya Beberkan Analisisnya Soal Jatuhnya Sriwijaya Air, Mungkinkah karena Sabotase?

Oleh karena itu Haris Azhar yakin, jika rezim ini tetap tidak mau berubah, nantinya akan tumbang dengan sendirinya.

"Jadi sebenarnya nanti pertarungannya ada di dalam rezim, jadi rezim ini nanti yang akan menumbangkan dirinya sendiri, tapi menurut saya kalau rezimnya nanti tetap mau berkuasa, bukan Jokowi tapi orang lain dan pertarungannya ada di dalam sana," tuturnya.

Ia juga menyebut hal serupa pernah terjadi di saat orde baru hingga tahun 1998, dalam jangka waktu tersebut, walaupun ekonomi Indonesia berkembang pesat hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela.

"Itu kan yang kita lihat di dalam orde baru, di dalam orba itu ya ada cerita-cerita soal manuvernya LB Moerdani, dan lain-lain," ucapnya.

Baca Juga: Jadi Sosok Tunggal Pilihan Jokowi, Benarkah Komjen Listyo Sigit Prabowo Disebut Dekat dengan Ulama?

"Jadi saya pikir di dalam sana intriknya sudah jadi mengerikan sekali, nah itu saya pakai logika alamiahnya rezim politik Jokowi saja," tutup Haris Azhar.

Penting untuk diketahui, LB Moerdani yang akrab disapa Benny menelan pil pahit setelah Presiden Soeharto mencopotnya sebagai Panglima ABRI. 

Setelah menyingkirkan Benny, Soeharto mengalihkan tangan kepercayaannya kepada kelompok politisi. 

Dia pun mulai merapat ke kalangan Islam untuk memantapkan kekuasan. Hingga Soeharto lengser, hubungannya dengan Benny tak pernah kembali seperti semula: renggang, dingin, dan berjarak.

Baca Juga: Dapat Ancaman Santet Gegara Peran Erlangga di Ikatan Cinta, Kevin Hillers Jadi Parno ke Luar Rumah

Pada 29 Agustus 2004, Soeharto dan Benny Moerdani kembali bersua. Namun dalam pertemuan kali ini, tak ada pembicaraan. 

Benny yang dulu tersohor karena sangar hanya terbujur kaku. Peti mati menjadi pembaringannya. Di hari minggu, 29 Agustus 20014, Si Raja Intel menghembuskan nafas terakhir pada usia 71 tahun.

Di hadapan jenazah Benny, Soeharto yang telah uzur menundukkan wajah seraya melantunkan doa. Itulah penghormatan terakhirnya untuk sang pelindung setia.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: YouTube Sobat Dosen


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x