Dijanjikan Rp100 Juta per Orang Jika Moeldoko Jadi Ketum Demokrat, Arief Munandar: Hal yang Wajar Tapi...

- 2 Februari 2021, 21:10 WIB
Sosiolog politik Arief Munandar (kanan) yang mengomentari dugaan kudeta Partai Demokrat oleh Moeldoko (kiri).
Sosiolog politik Arief Munandar (kanan) yang mengomentari dugaan kudeta Partai Demokrat oleh Moeldoko (kiri). /ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/Kolase foto ANTARA dan Linkedin.com/ariefmunandar

"Ada kok partai-partai yang kemudian mengalami proses kudeta, ya biasanya juga diawali dengan perpecahan di dalamnya, memang yang namanya kudeta itu selalu pelaku-nya adalah aktor-aktor internal," sambungnya.

Namun yang menjadi pertanyaan menurutnya adalah siapakah dalang di balik gerakan tersebut.

"Apakah aktor internal tadi digerakkan oleh dalang yang ada di dalam, oleh yang ada di luar atau kedua-duanya," tutupnya.

Sebelumnya, AHY mengaku sudah mencium gerakan politik ini sejak sebulan lalu.

Baca Juga: Aksi Bakar Bendera Merah Putih Viral, Polisi Ungkap Identitas Pelaku: Warga Aceh yang Tinggal di Malaysia 

Awalnya, dia menganggap hanyalah persoalan kecil dan internal. Namun, sejak ada laporan keterlibatan pihak eksternal dari lingkar pemerintahan Jokowi yang masuk beruntun sejak pekan lalu, AHY melakukan penyelidikan secara mendalam.

AHY menuturkan mulai tidak begitu saja percaya ketika pelapor menyebut nama tokoh yang berencana mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat, mengingat posisi yang diemban dan faktor latar belakangnya.

"Tapi lebih dari delapan saksi mengatakan telah bertemu langsung pejabat pemerintahan itu dan dengar langsung rencana-rencana yang tadi saya sampaikan," ucapnya.

Baca Juga: Temui Menpora, PSSI Curhati Soal Kelanjutan Liga dan Nasib Piala Dunia 2023 

Moeldoko pun telah membantah tudingan bahwa dirinya menjadi bagian dari upaya mendongkel kepengurusan Partai Demokrat. Ia mengatakan selama ini, yang dilakukan adalah menerima kunjungan sejumlah orang saja.

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah