"Kenapa kita peduli terhadap buzzer? Kita tidak peduli terhadap akun-akun yang memang tidak ada kaitannya dengan kehidupan ini, kan seperti itu, gampang saja," ujar Fadjroel Rachman.
Fadjroel Rachman pun mengungkapkan bahwa dirinya yang berada di lingkaran pemerintahan pun kerap diserap oleh buzzer.
Namun, dia tidak pernah mempermasalahkannya dan lebih memilih mengabaikannya saja.
"Saya 24 jam diserang oleh buzzer, semua nama binatang, semua sumpah serapah ada, tapi gampang kan ada fitur yang tinggal diklik saja, blok, selesai, dan saya cuma mau berbincang dengan yang jelas-jelas ada orangnya, dan bisa memperluas khazanah kita," tuturnya.
Oleh karena itu, Fadjroel Rachman mengimbau semua pihak untuk tak terlalu memedulikan buzzer, dan lebih baik memanfaatkan waktunya untuk sesuatu yang jauh lebih berguna.
"Jadi menurut saya, kita habiskan usia kita, kerja kita, waktu kita, untuk sesuatu yang maju ke depan, mencerahkan. Itu yang kami pelajari dari teman-teman pers," kata Fadjroel Rachman.
Fadjroel Rachman juga mengimbau semua pihak untuk mengabaikan buzzer, dan belajar dari teman-teman pers bagaimana cara menyampaikan informasi dan kritik yang benar.
"Jadikan pers ini sebagai guru besar dalam transformasi digital, di mana orang-orang mesti belajar bagaimana menyampaikan informasi, kritik, tetapi tetap akurat, benar, dan ada verifikasi. Jadi abaikan si buzzer itu, tidak penting buat kita," tutur Fadjroel Rachman.***