Akibat hujan lebat yang terjadi sejumlah wilayah dan pemukiman penduduk di ibukota tergenang banjir.
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menjabarkan, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek tersebut disebabkan sejumlah factor mulai dari seruakan udara hingga kebasahan udara.
Yakni pada 18-19 Februari terpantau adanya seruakan udara dari Asia yang cukup signifikan mengakibatkan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat.
Kemudian terpantau aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial) mengakibatkan adanya perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan.
Juga adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek.
Baca Juga: 6 Bulan Tersesat di Gurun Libya, 8 Anggota Keluarga Asal Sudan Tewas Kelaparan
Serta terpantau adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa dan berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di barat Jawa termasuk Jabodetabek.
"Ada beberapa faktor penyebab banjir di DKI Jakarta Yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek yang bermuara di Jakarta,kemudian hujan yang jatuh di Jakarta sendiri serta ada pasang laut. Selain itu daya dukung lingkungan juga sangat berpengaruh," katanya.
Saat ini wilayah Jabodetabek masih masuk puncak musim hujan yang diperkirakan masih berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret 2021.***