Baca Juga: Kasus Sengketa Tanah PTPN oleh Markaz Syariah, Pakar Hukum: Habib Rizieq Harus Tanggung Jawab
Gempa bumi tersebut terjadi akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menghujam ke bawah lempeng Eurasia dan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik. Segmen megathrust Enggano memiliki magnitudo tertarget mencapai 8.4.
Namun, dengan sering terjadinya gempa-gempa kecil, maka akumulasi energi yang tersimpan selalu dilepas, sehingga gempa besar atau pengumpulan energi besar diprediksi sulit terjadi.
Kendati demikian, menurut Litman tidak ada yang bisa memprediksi kapan gempa terjadi, sehingga masyarakat diharapkan agar tetap tenang dan selalu waspada.
Baca Juga: Disebut Belum Lebih Baik dari Ahok, Ganjar Pranowo: Betul! Banyak yang Lebih Hebat dari Saya
Litman menjelaskan di segmen megathrust Enggano pada tahun 2000 lalu pernah terjadi gempa bumi besar dengan magnitudo 7.9.
Selain itu, di segmen tersebut pada Agustus 2020 lalu pernah terjadi gempa doublet atau gempa kembar dengan kekuatan dan waktu terjadi yang hampir beriringan.
"Karakteristik gempa di Bengkulu itu rata-rata menurun. Selama ini kebiasaan yang sering terjadi itu skala gempanya semakin kecil dan semoga tidak ada gempa besar," demikian Litman.***