"Kenapa Pak Moeldoko yang dipilih, karena kita berpikir beliau jenderal bintang empat, yang bisa menghadapi Pak SBY," ujar Muhammad Rahmad.
Baca Juga: Menhub Izinkan Mudik Lebaran, Mardani Ali Sera: Ini Kebijakan Ceroboh dan Bisa Berbahaya
Namun, menurutnya, Moeldoko sempat menolak tawaran menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.
"Jadi ketika ditawarkan pertama kali ke Pak Moeldoko, beliau menolak. Penolakan itu dilakukan setelah bantuan Pak Moeldoko di bencana Kalimantan," kata Muhammad Rahmad.
"Kan ada bencana banjir di Kalimantan, kader-kader partai banyak yang terkena bencana. Kita ingin menggalang bantuan. Lalu ada salah satu kader menawarkan, coba kita mendatangi Pak Moeldoko, barangkali dapat bantuan dari KSP dan pemerintah untuk bencana banjir," sambungnya.
Menurutnya, saat itu Moeldoko langsung memberikan bantuan, tanpa melihat latar belakang partai politik pihak yang meminta bantuan.
"Pak Moeldoko tanpa melihat latar belakang partai politik, itu memberikan bantuan. Nah, di situ muncul simpati tokoh-tokoh senior, 'jangan-jangan Pak Moeldoko kalau kita ajak, bisa nih membesarkan Partai Demokrat'. Karena sebenarnya rencana KLB ini sudah lama," tutur Muhammad Rahmad.
Muhammad Rahmad lantas menjelaskan, kalau seandainya SBY tidak menantang Moeldoko, maka sampai saat ini Moeldoko tidak akan pernah mau menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.
"Jadi waktu itu, Oktober 2020, ditolak oleh Pak Moeldoko. Kesediaan Pak Moeldoko baru tanggal 4 Maret, kita kan KLB tanggal 5. Itu pun setelah ditantang oleh Pak SBY. Jadi kalau Pak SBY gak nantang, belum tentu Pak Moeldoko bersedia," ujar Muhammad Rahmad.