PR BEKASI – Pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman di seluruh negara termasuk di Indonesia hingha saat ini.
Sejumlah negara tengah berupaya mencegah penularan dan penyebaran Covid-19 dengan cara melakukan vaksinasi.
Keputusan vaksinasi Covid-19 tersebut diyakini sebagai solusi yang efektif sejauh ini.
Baca Juga: Hasil Tes PCR Negatif Covid-19, Seluruh Tim Bulutangkis Indonesia Akan Pulang ke Tanah Air Hari Ini
Sementara itu, ahli epidemiologi Dr. Tifauzia Tyassuma menyebutkan bahwa pemerintah saat ini sedang tersandera berbagai kepentingan terkait vaksin Covid-19.
Diketahui bahwa beberapa sektor mengalami masalah serius akibat terdampak pandemi Covid-19 hingga saat ini.
Selanjutnya, dalam tulisannya sebelum ia membahas lebih jauh perihal vaksinasi Covid-19, ia mengatakan bahwa sebetulnya sangat menghindari isu sensitif ini.
Baca Juga: Karyawan di Jepang Boleh Cuti Berkabung Jika Ditinggal Oshi-nya Menikah atau Pensiun
Baca Juga: Sulap Trotoar Salemba Raya Jadi Ramah Pejalan Kaki, Anies Baswedan Bakal Revitalisasi 10 Ruas Lagi
“To be Honest, sebetulnya kemarin saya sudah tiga kali menolak untuk bicara di acara Dua Sisi, dengan topik Vaksinasi (AstraZeneca),” ucapnya.
Dia mengaku menghindari isu ini karena merupakan jenis yang sensitif, terutama karena topik ini sifatnya melibatkan pertanggungjawaban pemerintah.
Perempuan yang akrab disapa Dr. Tifa ini mengatakan pemerintah tersandera karena sudah terlanjur memesan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Pemerintah terikat perjanjian dengan industri dan distributor.
Baca Juga: Beri Pesan Menyentuh untuk Aurel, Krisdayanti: Menyusuimu saat Aku Masih Muda adalah Karunia
Selain itu, pemerintah juga tersandera karena vaksin yang dipesan dalam jumlah yang sangat banyak harus habis dalam waktu singkat.
Akademisi dan peneliti dari Lembaga Ahlina Institute ini mengatakan, dalam dua bulan ini, kecepatan rata-rata serapan vaksin hanya 100.000 orang per hari.
Ia pesimis target serapan 40 juta dosis vaksin dalam waktu enam bulan akan sulit tercapai jika serapannya hanya 100.000 ribu per hari.
“Itu hal yang sangat mustahil, kecuali vaksin diguyur dari atas helikopter. Dan itu kan nggak masuk akal banget,” kata dr. Tifauzia, dikutip dari akun Facebook miliknya ‘Tifauzia Tyassuma’, pada Sabtu, 20 Maret 2021.
Baca Juga: Beri Pesan Menyentuh untuk Aurel, Krisdayanti: Menyusuimu saat Aku Masih Muda adalah Karunia
Ia mengaku terenyuh melihat teman-temannya di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang mengurusi pandemi luar biasa ini.
“Tampak sekali mereka kerepotan di level sebetulnya tidak tahu lagi harus berbuat apa,” katanya, sebagaimana diberitakan Kabarbesuki.Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul, "Dr Tifauzia yang Mengaku Tahu Cara Mengendalikan Pandemi Tanpa Harus Gunakan 426 Juta Dosis Vaksin".
Ia merasa tergerak untuk ikut membantu. Sebab, dr. Tifauzia mengetahui cara mengendalikan pandemi dan mendayagunakan vaksinasi tanpa harus menghabiskan 426 juta vaksin.
“Rasa ingin sekali membantu. Saya tahu cara bagaimana sebetulnya mengendalikan Pandemi ini. Bagaimana mendayagunakan vaksinasi agar bisa tercapai targetnya dalam memproteksi rakyat sekaligus melandaikan grafik, tanpa harus menggunakan target 426 juta dosis vaksin,” bebernya.
“Yang dibutuhkan tidak sebanyak itu! Ada cara lain yang lebih hemat, lebih ringkas, lebih efisien, dalam bagaimana melakukan vaksinasi massal, untuk menjadi salah satu upaya melandaikan grafik pandemi ini dengan segara,” pungkasnya.*** (Galang Garda Sanubari/Kabarbesuki.Pikiran-Rakyat.com)