Moeldoko yakin kekisruhan yang telah terjadi adalah tanda dari arah demokrasi yang sudah bergeser di dalam tubuh Partai Demokrat.
Menurutnya, tindakan untuk mengambil alih Partai Demokrat yang diketuai oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu tidak hanya demi menyelamatkan partai tersebut, tetapi juga menyelamatkan bangsa.
"Ada kecenderungan tarikan ideologis itu terlihat di tubuh Demokrat, jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa," ucapnya.
Baca Juga: Kilang Minyak Balongan di Indramayu Terbakar, Dirut Pertamina: Jangan Panic Buying
"Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada peserta KLB," sambungnya.
Mantan Panglima TNI itu juga menegaskan bahwa dirinya tidak mau membebani Presiden Joko Widodo dalam persoalan ini.
Pasalnya, ia menilai bahwa persoalannya dengan Partai Demokrat adalah atas otoritas yang dimiliki secara pribadi.
"Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani Presiden," kata pria yang masih menjabat sebagai KSP tersebut.
Baca Juga: Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri Tak Sadar Ada Bom di Tasnya, Teddy Gusnaidi: Mereka Dijebak
Moeldoko juga mengakui bahwa dirinya memang khilaf tidak memberitahu istri dan keluarganya terkait dengan langkah yang diambilnya.