"Dorongan yang utama adalah kemarahan akan status sosialnya bukan karena materi, bukan karena agama, tapi ada semacam bentuk protes dan kemarahan bahwa dia tidak mendapatkan status sosial yang dia inginkan," tuturnya.
Baca Juga: Singgung Prabowo Terkait Maraknya Penggunaan Senjata Api, Haris Azhar: Beri Perhatian ke Regulasi
Sementara untuk pelaku teror Makassar, Lukman, motivasi yang paling kuatnya adalah rasa ketakutan akan masa depannya.
"Indikator grafis yang paling dominan adalah ketakutan, ketakutan akan masa depannya yang bisa mempengaruhi kesejahteraan hidupnya. Terutama dia punya kekhawatiran kesejahteraan itu akan berdampak kepada ibunya," ujar grafolog itu.
"Jadi yang satu dominasinya ketakutan yang satu dominasinya kemarahan," sambung Debora.
Maka dari itu, Debora menyimpulkan, walaupun di surat wasiat kedua pelaku secara konteks menunjukkan dorongan agama, tapi secara pola tulisan yang dibacanya malah sebaliknya.
Baca Juga: Wanita Diduga Sisca Kohl Tanggapi Calon Mahasiswa yang Minta Bantuan, Warganet: Humble Banget
Bahkan dalam sampel tulisan Zakiah Aini, ditemukan juga indikasi-indikasi kegelisahan dan kecemasan sebelum melakukan aksi terornya di Mabes Polri.
"Iya bertolak belakang, untuk itulah di sampel pelaku eksekutor teror Jakarta, itu saya juga temukan banyak kegelisahan dan kecemasan. Seperti ada kesalahan ejaan tata, kemudian coretan-coretan, dan ada pengulangan-pengulangan coretan huruf," ucapnya.
Jadi, tegas Debora, itu adalah tanda kecemasan, bisa karena memang pelaku diliputi rasa takut yang hebat ketika akan mengeksekusi rencananya atau bisa jadi Zakiah Aini mengalami konflik batin.