"Mengalami konflik batin ketika apa yang dituliskan itu bertolak belakang dengan apa yang sebenarnya dia rasakan," tuturnya.
Lebih lanjut, Debora membeberkan satu persoalan lainnya mengapa kedua pelaku bisa terjerumus dengan pemikiran semacam itu.
Ada orang, sambung Debora, yang memiliki rasa tidak aman tetapi menetap sehingga dia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Tetapi ada juga menurutnya, orang yang mengalami rasa tidak aman yang temporer dan itu wajar, setiap orang bisa mengalaminya.
Perbedaannya dengan kedua pelaku teror tersebut, jelas Debora, ketika mereka mengalami rasa tidak aman, sayangnya mereka justru bertemu dengan solusi yang destruktif.
"Solusi yang menawarkan janji palsu seolah-olah memberikan mereka ketenangan dan rasa aman, tapi ternyata solusi itu palsu dan merugikan orang lain," tutur Debora.***