Bukan karena Alasan Agama, Grafolog Ungkap Motivasi Sebenarnya Pelaku Teror Mabes Polri dan Makassar

- 2 April 2021, 20:20 WIB
Grafolog mengungkap motivasi sebenarnya pelaku teror Mabes Polri dan Gereja Katedral Makassar.
Grafolog mengungkap motivasi sebenarnya pelaku teror Mabes Polri dan Gereja Katedral Makassar. /Dok. Istimewa

PR BEKASI - Setelah membaca kedua surat wasiat yang ditinggalkan pelaku teror Mabes Polri Zakiah Aini dan teror gereja Makassar, Lukman. Grafolog, Deborah Dewi mengungkapkan bahwa motivasi keduanya ternyata bukan karena alasan agama atau spiritual.

Hal tersebut disampaikan Deborah Dewi melalui kanal YouTube tvOne, Jumat, 2 April 2021.

"Dua-duanya tidak saya temukan indikator grafis dorongan atau motivasi agama," ucapnya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari YouTube tvOne.

Pernyataannya tersebut merupakan buah dari hasil analisa profiling perilaku dari kedua surat wasiat yang ditinggalkan pelaku.

Baca Juga: Ashanty Nekat Urusi Pernikahan Aurel Usai Dirawat, ART: Seorang Ibu yang Ingin Pernikahan Anaknya Sempurna

Baca Juga: Pertamina Umumkan Perubahan Harga BBM Mulai 1 April 2021, Simak Penjelasannya

Baca Juga: Api di Balongan Sempat Membesar, Pengamat Yakin Petir Tropis Jadi Penyebab Kebakaran

Deborah juga mengaku tidak ingin membaca isi dari surat wasiat tersebut agar lebih objektif dan tidak terpengaruhi pesan yang dituliskan pelaku.

"Ketika melakukan analisa profiling perilaku, saya mengabaikan membaca isinya supaya lebih objektif dan tidak terpengaruhi oleh message yang dituliskan pelaku," ucapnya.

"Jadi yang saya fokuskan adalah menganalisa, ada indikator grafis apa yang membentuk sebagai sebuah pola dibalik sampel tulisan tangan tersebut," sambung Debora.

Walaupun dari rumor yang beredar, kedua surat tersebut ditulis oleh orang yang sama, Deborah membantah hal tersebut karena dia menemukan adanya pola yang berbeda yang tidak mungkin ditulis oleh orang yang sama.

Baca Juga: Razman Arif Nasution Undur Diri dari Kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad: Ini Baru Awal dari Sebuah Perjuangan

"Jadi dua surat itu pasti ditulis oleh dua orang yang berbeda," ujarnya.

Namun mengenai konten yang ditulisnya bisa sama ataukah didikte, Debora menegaskan bahwa itu bukan bidangnya, melainkan bidang pakar linguistik.

Tetapi berdasarkan pengetahuan Debora, dirinya berhasil melihat pola perilaku dari kedua pelaku teror tersebut.

Ternyata tidak ditemukan sama sekali motivasi agama setelah Debora membaca pola tulisan dari kedua surat wasiat tersebut.

Baca Juga: [Hoaks atau Fakta] Benarkah Denda Mudik 2021 Mencapai Rp100 Juta, Simak Faktanya

"Mereka disebut-sebut mengatasnamakan agama atau spiritual, tapi di balik analisa perilaku keduanya, menariknya dari dua pelaku eksekutor teror, dua-duanya tidak saya temukan indikator grafis dorongan agama," ucapnya.

Justru, lanjut dia, motivasi yang kuat adalah kalau di sampel tulisan tangan pelaku teror Jakarta, Zakiah Aini, motivasi untuk melakukan aksinya adalah rasa marahnya terhadap status sosial yang diterimanya.

"Dorongan yang utama adalah kemarahan akan status sosialnya bukan karena materi, bukan karena agama, tapi ada semacam bentuk protes dan kemarahan bahwa dia tidak mendapatkan status sosial yang dia inginkan," tuturnya.

Baca Juga: Singgung Prabowo Terkait Maraknya Penggunaan Senjata Api, Haris Azhar: Beri Perhatian ke Regulasi

Sementara untuk pelaku teror Makassar, Lukman, motivasi yang paling kuatnya adalah rasa ketakutan akan masa depannya.

"Indikator grafis yang paling dominan adalah ketakutan, ketakutan akan masa depannya yang bisa mempengaruhi kesejahteraan hidupnya. Terutama dia punya kekhawatiran kesejahteraan itu akan berdampak kepada ibunya," ujar grafolog itu.

"Jadi yang satu dominasinya ketakutan yang satu dominasinya kemarahan," sambung Debora.

Maka dari itu, Debora menyimpulkan, walaupun di surat wasiat kedua pelaku secara konteks menunjukkan dorongan agama, tapi secara pola tulisan yang dibacanya malah sebaliknya.

Baca Juga: Wanita Diduga Sisca Kohl Tanggapi Calon Mahasiswa yang Minta Bantuan, Warganet: Humble Banget

Bahkan dalam sampel tulisan Zakiah Aini, ditemukan juga indikasi-indikasi kegelisahan dan kecemasan sebelum melakukan aksi terornya di Mabes Polri.

"Iya bertolak belakang, untuk itulah di sampel pelaku eksekutor teror Jakarta, itu saya juga temukan banyak kegelisahan dan kecemasan. Seperti ada kesalahan ejaan tata, kemudian coretan-coretan, dan ada pengulangan-pengulangan coretan huruf," ucapnya.

Jadi, tegas Debora, itu adalah tanda kecemasan, bisa karena memang pelaku diliputi rasa takut yang hebat ketika akan mengeksekusi rencananya atau bisa jadi Zakiah Aini mengalami konflik batin.

Baca Juga: Belum 24 Jam Usai Dinyatakan Padam, Titik Api Muncul Kembali di Salah Satu Tangki di Kilang Minyak Balongan

"Mengalami konflik batin ketika apa yang dituliskan itu bertolak belakang dengan apa yang sebenarnya dia rasakan," tuturnya.

Lebih lanjut, Debora membeberkan satu persoalan lainnya mengapa kedua pelaku bisa terjerumus dengan pemikiran semacam itu.

Ada orang, sambung Debora, yang memiliki rasa tidak aman tetapi menetap sehingga dia mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Baca Juga: Pergi Berobat ke Negara Tetangga dengan Ojek, Gubernur Papua Lukas Enembe Dideportasi dari Papua Nugini

Tetapi ada juga menurutnya, orang yang mengalami rasa tidak aman yang temporer dan itu wajar, setiap orang bisa mengalaminya.

Perbedaannya dengan kedua pelaku teror tersebut, jelas Debora, ketika mereka mengalami rasa tidak aman, sayangnya mereka justru bertemu dengan solusi yang destruktif.

"Solusi yang menawarkan janji palsu seolah-olah memberikan mereka ketenangan dan rasa aman, tapi ternyata solusi itu palsu dan merugikan orang lain," tutur Debora.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x