Isu Pelanggaran HAM Disorot Media Asing, Dewan Gereja Papua Desak PBB Segera Bertindak

- 17 April 2021, 13:59 WIB
Dewan Gereja Papua meminta Komisi HAM PBB untuk menyelidiki tuduhan pelanggaran HAM di Papua. /REUTERS/Beawiharta
Dewan Gereja Papua meminta Komisi HAM PBB untuk menyelidiki tuduhan pelanggaran HAM di Papua. /REUTERS/Beawiharta /

PR BEKASI – Media asing asal Australia, ABC menyoroti sikap para pemimpin gereja di Papua yang meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di “Bumi Cendrawasih”.

Selain itu, mereka juga meminta PBB melakukan penyelidikan terhadap meningkatnya kehadiran militer Indonesia di Papua.

Dewan Gereja Papua telah menulis surat kepada Komisi HAM PBB untuk mengirim penyelidik untuk melihat kondisi pengungsi yang melarikan diri dari pertempuran tiga tahun lalu di wilayah Nduga.

Baca Juga: YouTube Gen Halilintar Sempat di-Hack, Atta Halilintar Gerak Cepat Lakukan Hal Ini hingga Akhirnya Kembali

Anggota dewan mengatakan mereka prihatin bahwa Indonesia gagal menangani krisis kemanusiaan yang terjadi di Papua sampai terjadi pelanggaran HAM.

Rode Wanimbo dari Gereja Evangelis mengatakan bahwa PBB dan negara tetangga seperti Australia tidak bersedia menanggapi krisis yang berkembang di sana membuat rakyat Papua frustasi.

Menurutnya, Dewan Gereja Papua juga menyatakan keprihatinan tentang penggunaan pejabat militer sebagai guru di sekolah negeri.

Baca Juga: Intip Resep Korean Strawberry Milk with Jelly, Cocok untuk Dijadikan Takjil Menu Buka Puasa

"Kami telah hidup dalam trauma terutama anak-anak. Ketika kami melihat tentara berseragam, hal itu menciptakan trauma lebih lanjut," kata Rode Wanimbo dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari ABC.

Indonesia pada prinsipnya memberikan izin kepada Komisi HAM PBB untuk mengunjungi Papua pada tahun 2019 tetapi perjalanan tersebut gagal karena masalah penjadwalan dan keselamatan.

Tak hanya Indonesia, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang berkeliaran di pegunungan tengah Papua juga telah dituduh melakukan kejahatan HAM.

Baca Juga: Prediksi Bisa Tingkatkan Perekonomian, Wabup Kuningan Soroti Budidaya Tanaman Porang

Diketahui, KKB telah membunuh dua orang guru bernama Oktavianus Rayo pada Kamis, 8 April 2021 dan Yonatan Rende pada Jumat, 9 April 2021 di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua pada

KKB diduga menggunakan alasan klasik untuk membenarkan aksi penembakkan yang mereka lakukan tersebut.

Mereka menuduh dua orang guru tersebut sebagai intel pasukan Indonesia sehingga mereka menembaknya.

Baca Juga: Cerdas! 3 Tokoh Utama dalam Film Horror Ini Berhasil Habisi Psikopat yang Incar Mereka

Selain melakukan penembakan terhadap guru, KKB juga melakukan pembakaran terhadap sejumlah sekolah SD, SMP, SMA di wilayah Kampung Julukoma, Distrik Boega, Kabupaten Puncak, Papua sore hari setelah menembak Oktavianus Rayo.

Tak sampai disitu, KKB juga dikabarkan sering menembaki masyarakat sipil pendatang, kemudian memposting di sosial media sebagai kebanggaan, dan menyangkal korban sipil merupakan masyarakat tidak bersalah.

Baca Juga: Umumkan Positif Covid-19, Thariq Halilintar Beberkan Kronologinya

Selain menembaki warga pendatang, KKB juga merampok uang dari warga pendatang karena kini KKB tidak kebagian dana Otonomi Khusus (Otsus) dari pemerintah daerah.

Terakhir, pada Minggu, 11 April 2021 KKB melakukan aksi teror dengan membakar helikopter milik PT. Ersa Air di Bandara Aminggaru di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: ABC News Australia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x