Pembeli Senjata untuk KKB Papua Ternyata Seorang Pendeta, Arief Munandar: Kalau Ustaz Pasti Dicap Terorisme

- 20 April 2021, 19:47 WIB
Arief Munandar buka suara soal aksi KKB di Papua yang salah satunya dilakoni oleh seorang pendeta yang tidak dicap sebagai tindakan terorisme.
Arief Munandar buka suara soal aksi KKB di Papua yang salah satunya dilakoni oleh seorang pendeta yang tidak dicap sebagai tindakan terorisme. /Linkedin.com/ariefmunandar

PR BEKASI - Sosiolog, Arief Munandar mengaku kaget karena pembeli atau pencari senjata untuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua adalah seorang pendeta.

Bahkan tak tanggung-tanggung, pembeli senjata tersebut kerap bertransaksi di dekat gereja tempatnya bertugas.

Melalui kanal YouTube Pribadinya Bang Arief, Arief Munandar menyebut, jika saja pelakunya adalah seorang Ustaz pasti saat ini sudah dikaitkan dengan terorisme.

Baca Juga: Angka Belanja Nasional Terus Tumbuh, Airlangga Hartarto: PPKM Mikro Dorong Daya Beli Masyarakat

"Kalau ini diganti yang melakukan adalah seorang Ustaz dan dilakukan di dekat masjid, beeeeh itu selesai sudah, pasti dicap terorisme," ucapnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari kanal YouTubenya, Selasa, 20 April 2021.

Tak hanya karena pembeli senjata KKB Papua adalah seorang pendeta, hal tersebut juga diucapkan Arief Munandar karena Komnas HAM tidak menyetujui untuk mengubah status KKB Papua menjadi teroris.

Dirinya mengaku heran mengapa KKB di Papua yang jelas-jelas memakan korban jiwa dan menebarkan ketakutan di tengah masyarakat tak kunjung dicap sebagai aksi terorisme.

Baca Juga: Datangi TikTokers yang Dihujat Netizen karena Buat Konten Rumah Kayu, Boy William: Jangan Dengerin!

"Ini menurut gua gak masuk akal, kenapa untuk KKB di Papua yang jelas-jelas membunuh warga sipil, pembakaran fasilitas umum, dan menebarkan rasa ketakutan yang dahsyat itu tidak kunjung disematkan label atau sebutan organisasi teroris," ucapnya.

Tapi sebaliknya, sambung Arief Munandar, bagi kelompok-kelompok beragama Islam, tanpa basa-basi label terorisme itu dengan sangat mudah disematkan.

Perbedaan perlakuan ini menurutnya menunjukkan adanya sikap pilih-pilih di Indonesia dalam menilai mana yang terorisme dan bukan.

Baca Juga: Tokoh Ulama NU Mau Dihilangkan dari Jejak Sejarah? Christ Wamea: Padahal Ma'ruf Amin dari NU

"Di sini kita lihat ya ada sikap parsial dan double standard yang kalau terus dipertahankan akan berbahaya terhadap persatuan dan kesatuan. Karena nanti akan ada umat dalam hal ini adalah Islam yang selalu akan dipojokkan dengan isu-isu terorisme," tuturnya.

"Sementara kelompok-kelompok lain yang jelas-jelas melakukan aksi terorisme, negara malah bersifat toleran dan seolah-olah berhati-hati dalam menyikapinya," sambung Arief Munandar.

Arief Munandar kemudian membuat analogi menarik terkait hal tersebut.

"Tidak bisa kita mengaitkan terorisme dengan Islam ataupun dengan agama manapun di dunia karena kita harus berpikir objektif. Ketika misalnya ada seorang manusia melakukan kegiatan terorisme, agak aneh kalau kemudian kita kaitkan identitasnya dengan agamanya," ungkapnya.

Baca Juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Rabu, 21 April 2021 untuk Wilayah Bekasi, Depok, dan Bandung

Misalkan, sambung Arief, si A, B, C, dan D beragama Muslim kemudian mereka melakukan kegiatan terorisme.

"Kita boleh saja kalau mau kaitkan dengan agamanya, tapi kalau begitu, berarti boleh juga dong gua kaitkan sama sukunya, negaranya, atau kebangsaannya," tuturnya.

"Nah kan gak lucu juga kalau kemudian satu suku atau sebuah bangsa tertentu kita sebut sebagai bangsa teroris atau suku teroris hanya karena ada orang-orang dari kelompok itu yang melakukan kegiatan terorisme," tutup Arief Munandar.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x