"Apalagi bunga yang insinuatif itu. Padahal, pengadilan aja belum berlangsung tapi udah ada ucapan 'selamat menikmati penjara', apa segala macam. Jadi terlihat bahwa, saya selalu ingin mengatakan bahwa Presiden ini gagal untuk merawat kebersamaan," sambungnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menyebut bahwa akan banyak orang yang menganggap bahwa karangan bunga tersebut pasti dikirimkan oleh buzzer, sama seperti pola-pola sebelumnya.
"Jadi terlihat bahwa dendam itu berjalan lebih cepat dari humanity, dari solidaritas. Nah, keadaan semacam ini yang bukan sekadar mambahayakan, tapi membuyarkan ide tentang Indonesia," kata Rocky Gerung.
"Jadi dari awal ide keindonesiaan sudah buyar, karena sisa-sisa peradaban perkelahian Pilpres itu tidak diselesaikan oleh Presiden, dengan kata lain dibiarkan," sambungnya.
Menurut Rocky Gerung, pembiaran Presiden terhadap sisa-sisa perkelahian di Pilpres juga merupakan pembiaran negara terhadap mereka yang ingin merusak persahabatan bernegara.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Tanya Soal Istri, Pak Tarno: Ah Malu, Nanti Saya Dianggap Playboy
"Kan ini adalah act of omission, pembiaran yang dilakukan negara terhadap mereka yang ingin merusak persahabatan warga negara, keakraban bernegara," tandas Rocky Gerung.
Sehingga menurutnya, karangan bunga yang dikirim ke Mabes Polri merupakan karangan bunga yang bersifat provokatif dan tidak menghargai perbedaan politik.
"Itu jelas bunga yang provokatif dan itu tidak layak diperlihatkan oleh manusia yang mengerti asal usul persahabatan di dalam perbedaan politik bahkan. Itu soalnya," ujar Rocky Gerung.***