PR BEKASI - Pendakwah KH Muhammad Najih Maimoen alias KH Najih menegaskan bahwa cara membaca dalil yang disampaikan Gus Miftah sebagai pembelaannya adalah salah.
Sebelumnya pimpinan Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, Gus Miftah mendapatkan hujatan dan kritikan dari banyak pihak terkait ceramahnya yang viral di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta Utara.
Menjawab kritikan itu, melalui akun Instagramnya @gusmiftah, Gus Miftah memberikan klarifikasi dengan dalil-dalil yang dipercayainya usai ceramahnya di gereja tersebut viral.
"Orang yang kafir 70 tahun membaca tahlil dan syahadat sekali saja terbakar kekafirannya dan Alhamdulillah saya masih tahlilan kok setiap hari," kata Gus Miftah.
"Orang yang niat belajar dimanapun bisa dapat pelajaran, tapi orang yang tidak niat belajar sedang belajar pun tidak akan mendapatkan pelajaran," sambungnya.
Namun menurut KH Najih, hal tersebut adalah hal yang memalukan dengan nama ustaz yang disandangnya.
Bahkan KH Najih menyatakan bahwa Gus Miftah adalah kiriman dari kaum liberal di Indonesia.
Baca Juga: Pernah Sukses Besar di Inter Milan, Apakah Jose Mourinho Mampu Mengulanginya Bersama AS Roma?
"Sudah jelas bahwasannya orang ini tidak bisa baca kitab. Dia kiriman dari teman-temannya yang satu liberal," ujar KH Najih sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari YouTube Ribath Darusshohihain, Kamis, 6 Mei 2021.
KH Najih berpendapat bahwa orang-orang liberal seperti Gus Miftah memang pandai untuk mencari-cari pembelaan agar apa yang dilakukannya terkesan dibenarkan di hadapan publik.
"Orang-orang liberal itu memang sebagian yang bisa baca kitab, pintar cari tabir-tabir (batasan) yang kesannya membolehkan ini dan itu, membolehkan masuk gereja dan lain sebagainya," ucapnya.
Baca Juga: N'Golo Kante Raih Man of The Match, Begini Catatan Menterengnya Saat 'Matikan' Real Madrid
"Lebih-lebih lagi pakai pakaian mereka, seperti pakai ciri khas topi-topinya mereka atau apa. Jelas itu di kitab-kitab adalah kekufuran, bareng-bareng dengan mereka dengan pakaian mereka," kata KH Najih menambahkan.
Kemudian dia juga menyoroti pernyataan Gus Miftah yang menyebut bahwa ceramahnya tidak ada kaitannya dengan acara ritual gereja tersebut.
"Dia mengatakan, itu bukan acara ritual mereka dan bukan acara keagamaan mereka, tapi kan di bawah salib. Di bawah salib itu berarti antek dan golongan mereka," ujarnya.
Kalaupun Gus Miftah mengatakan acaranya bertema kebangsaan, namun, kata KH Najih, kebangsaan kenapa harus ditempatkan di gereja.
"Mestinya kebangsaan tuh yang bikin acara bukan orang gereja. Ya apalah perkumpulan Pancasila, atau apa gitulah," ucapnya.
"Umpamanya itu orang gereja ya mereka yang seharusnya baca puisi, kenapa kok yang disuruh baca puisi Gus Miftah, kenapa begitu?," tanya KH Najih.
Secara tidak langsung, menurutnya, Gus Miftah telah menyamakan agama Islam dan Kristen, menyamakan tuhan-tuhan mereka.
"Itu tidak boleh sama sekali, itu namanya aliran pluralisme, Islam Nusantara ya itu," tutup KH Najih.
Sebelumnya, Gus Miftah mengatakan bahwa itu bukan ceramah melainkan orasi kebangsaan.
Bahkan dalam orasinya tersebut, dia mengaku hadir bersama dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Kehadirannya di sana pun ternyata merupakan permintaan Anies Baswedan.
Baca Juga: Pernah Mati Suri Selama 12 Jam karena Sakit Komplikasi, Reza Arap: Bangun-bangun Udah di Kamar Mayat
Gus Miftah juga menegaskan dalam undangan yang diberikan pihak GBI adalah untuk menyampaikan orasi kebangsaan dalam rangka peresmian GBI Amanat Agung Penjaringan.
"Dicatat, dalam rangka peresmian, bukan dalam rangka peribadatan," tegasnya
Gara-gara orasi kebangsaan di GBI itulah, Gus Miftah mengakui diolok-olok netizen, bahkan disebut telah kafir dan batal syahadatnya sebagai Muslim.
Namun hingga saat ini belum ada tanggapan dari Gus Miftah terkait kritik tersebut.***