“Ini tentunya jadi pelajaran bagi kita supaya persoalan terkait vaksin lebih diperhatikan, sehingga hal seperti ini tidak kembali terulang,” ujarnya, menambahkan.
Sebagai informasi, kerajaan Arab Saudi memang lebih memperketat penerimaan jamaah haji di tahun ini, termasuk dengan total jamaah yang diterima yakni hanya jamaah yang mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dari vaksin yang sudah menerima Emergency Use Listing Procedure (EUL) dari WHO.
Vaksin yang telah menerima EUL dari WHO tersebut antara lain Pfizer, Moderna, Johnson & Johnson serta AstraZeneca.
Sementara saat ini, Indonesia hanya menggunakan AstraZeneca dari total vaksin tersebut dengan jumlah yang sangat terbatas.
Lebih lanjut, sebagai distributor vaksin yang telah ditunjuk pemerintah, PT Bio Farma (Persero) menyebut bahwa Indonesia membutuhkan diplomasi lebih lanjut dengan pemerintah Arab Saudi mengenai vaksinasi calon jamaah haji.
Baca Juga: Arya Sinulingga Yakin Abdee Slank Bisa Buat Telkom Lebih Maju: Kalau Gak Yakin, Kami Gak Angkat
Hal tersebut dikarenakan sampai dengan saat ini Indonesia belum mendapatkan izin dari kerajaan Arab.
Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir menjelaskan diplomasi tengah dilakukan baik oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta Kementerian Agama (Kemenag) dalam upaya mendapatkan izin untuk kuota jamaah haji.