"Padahal anak saya cuma mencari sesuap nasi, lagian anak saya sudah punya karyawan, karyawannya juga harus dibayar," kata Agus Suparman.
Lebih lanjut, Agus Suparman merasa tak terima ketika anaknya harus diplontos atau digunduli saat berada di dalam tahanan, padahal anaknya hanya melanggar PPKM Darurat, bukan seorang kriminal.
"Itu yang saya tidak terima, apa sampai segitunya pelanggaran sampai diplontos, apa ada aturannya? Yang saya tidak mengerti itu," ujar Agus Suparman.
Asep Suparman pun menjelaskan bahwa pada saat kejadian, sebenarnya kedai kopi milik anaknya sudah tutup sesuai dengan aturan PPKM Darurat.
Hanya saja, dirinya mengakui bahwa pada saat itu ada 6 orang teman anaknya yang masih berkumpul dan juga 10 orang karyawan yang belum pulang.
"Waktu itu jam 8, anak saya sudah tutup, kebetulan saya di bawah. Kemudian ada yang mau masuk dan mengaku temannya Asep Lutfi, itu udah tutup," kata Agus Suparman.
"Cuma waktu itu ada temannya yang lagi ngopi, kurang lebih 3 meja, ada 6 orang. Di atas pegawai kurang lebih ada 10 orang," sambungnya.
Agus Suparman pun mengaku kaget karena tiba-tiba saja kedai kopi milik anaknya terjaring razia PPKM Darurat dan didatangi aparat yang jumlahnya sangat banyak.