Studi Terbaru Ungkap Efek Samping Vaksin Sinovac, Berisiko Sebabkan Wajah Lumpuh

- 18 Agustus 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi Bell's Palsy. Studi terbaru ungkap adanya peningkatan risiko efek samping Bell's Palsy setelah menerima vaksin Covid-19 Sinovac.
Ilustrasi Bell's Palsy. Studi terbaru ungkap adanya peningkatan risiko efek samping Bell's Palsy setelah menerima vaksin Covid-19 Sinovac. /Dok. clevelandclinic.org

PR BEKASI - Sebuah studi yang diterbitkan di Jurnal Penyakit Menular Lancet, mengungkapkan efek samping dari vaksin Covid-19 Sinovac.

Hasil studi tersebut menemukan, vaksin Covid-19 Sinovac mungkin dapat menyebabkan peningkatan risiko terkena Bell's Palsy.

Kendati adanya risiko Bell's Palsy setelah menerima vaksin Covid-19 Sinovac, seharusnya tidak menjadi penghalang untuk melakukan vaksinasi.

Baca Juga: Menakar Efikasi Vaksin Covid-19 Sinovac, Pfizer, dan Moderna: Mana yang Paling Tahan Lama?

Sebagai informasi, Bell's Palsy merupakan kelumpuhan atau kelemahan yang terjadi pada salah satu sisi otot wajah yang sifatnya sementara.

Di mana sisi wajah yang terserang Bell's Palsy biasanya akan terlihat melorot.

Pada umumnya, kondisi ini terjadi pada wanita hamil, pengidap diabetes, dan HIV.

Baca Juga: Arab Saudi Izinkan Pelancong Masuk, Ada Syarat bagi Penerima Vaksin Sinopharm dan Sinovac

"Efek yang menguntungkan dan protektif dari vaksin Covid-19 yang tidak aktif jauh lebih besar daripada risiko efek samping yang umumnya sembuh sendiri ini," kata penelitian tersebut, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Rabu, 18 Agustus 2021.

Studi ini juga melibatkan 28 kasus Bell's Palsy yang dikonfirmasi secara klinis setelah melakukan suntikan CoronaVac Sinovac.

Dilaporkan di antara hampir 452.000 orang yang menerima dosis pertama vaksin, dan 16 kasus setelah vaksin Pfizer/BioNtech terdeteksi mengalami Bell's Palsy lebih dari 537.000 orang.

Baca Juga: Peneliti China Ungkap Antibodi Vaksin Sinovac Menurun Setelah 6 Bulan, Berikut Faktanya

"Temuan kami menunjukkan peningkatan risiko Bell's Palsy secara keseluruhan setelah vaksinasi CoronaVac," kata penelitian tersebut.

Penelitian lainnya yang dilakukan di Hong Kong juga menilai risiko efek samping dalam 42 hari setelah vaksinasi.

Sementara untuk saat ini mekanisme Bell's Palsy pada pasien setelah vaksinasi masih belum jelas.

Baca Juga: Studi China Ungkap Antibodi Vaksin Sinovac Memudar Setelah 6 Bulan

Tetapi, para peneliti meminta agar penelitian kasus tersebut harus diselidiki dengan lebih lanjut.

"Bell's Palsy setelah vaksinasi jarang terjadi, dan sebagian besar gejalanya ringan dan membaik dengan sendirinya," kata Liu Peicheng  selaku perwakilan Sinovac dalam tanggapan tertulis.

Liu mengatakan bahwa Sinovac belum mendeteksi risiko Bell's Palsy dalam analisis data dari otoritas pengendalian penyakit China, yaitu Pusat Pemantauan Uppsala dari WHO, atau basis data unitnya untuk kejadian buruk setelah imunisasi.

Baca Juga: Thailand Dukung Rencana Campuran Dosis Vaksin Covid-19 Sinovac-AstraZeneca

"Menurut data saat ini, manfaat dan perlindungan CoronaVac jauh lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi," kata Liu.

Dia juga mengatakan bahwa masyarakat harus divaksinasi penuh tepat waktu dengan CoronaVac untuk mencegah infeksi Covid-19 dan memblokir penularan virus.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x