Arya Bima juga meminta publik tak hanya fokus pada aksi marah-marah Tri Rismaharini, tapi juga fokus pada penyebab masalah tersebut.
Arya Bima juga menilai, aksi marah-marah Tri Rismaharini di Gorontalo adalah hal yang wajar, karena dia marah pada pegawai yang dianggap lalai saat bekerja di bawah Kementerian Sosial (Kemensos).
"Saya melihat dalam konteks Gorontalo, jangan dilihat marahnya. Marah kan akibat, sebabnya harus didalami," ujar Bima Aria.
"Bagaimana seorang pendamping PKH, itu bukan pegawai Pemkot Gorontalo atau Gubernur Gorontalo, tapi dia pegawainya Bu Risma, digaji oleh Kemensos," sambungnya.
"Ditanya tentang satu desa, tapi dia gak ngerti, nunggu lurahnya. Maka, Bu Risma marah," kata Aria Bima.
Terakhir, Bima Aria kembali menegaskan bahwa aksi marah-marah Tri Rismaharini sangat efektif, karena memberikan pelajaran serta perubahan.
"Kemarahan itu efektif, mengajarkan sesuatu. Kemarin dikritik soal kartu-kartu, yang marah ke Bank Himbara," ucapnya.
"Faktanya setelah (Tri Rismaharini) marah, sekarang bank dan Kemensos mengantarkan kartu-kartu itu ke orang -orang yang tidak bisa ambil kartu, bahkan ngantar duit," tutur Bima Aria.***