LAPAN Sebut Dentuman Besar di Jabodetabek Bukan dari Letusan Gunung Anak Krakatau

- 11 April 2020, 12:03 WIB
ABU vulkanik Gunung Anak Krakatau yang terbawa ke arah barat (Pulau Sumatera) sehingga dentuman diperkirakan bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau.*
ABU vulkanik Gunung Anak Krakatau yang terbawa ke arah barat (Pulau Sumatera) sehingga dentuman diperkirakan bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau.* /Instagram @Lapan_ri/

PIKIRAN RAKYAT - Gunung Anak Krakatau kembali memuntahkan abu vulkanik pada Jumat, 10 April 2020 sebanyak dua kali pada pukul 21.58 WIB dan yang kedua pada 22.35 WIB.

Gunung Anak Krakatau yang berada di wilayah Selat Sunda yang termasuk dalam bagian Provinsi Lampung menimbulkan kekhawatiran usai aktivitas vulkanik yang kembali meningkat hingga Sabtu, 11 April 2020 dini hari.

Saat ini, status Gunung Anak Krakatau berada pada level waspada (level II) yang telah berubah dari level siaga (level III) sejak 25 Maret 2019 berdasarkan laporan dari PVMBG.

Baca Juga: Cek Fakta: Perjalanan Kereta Api dari dan Menuju Jakarta Dibatalkan, Simak Penjelasannya 

Namun bukan hanya mengenai erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut yang menjadi perbincangan di kalangan netizen, tetapi juga dentuman keras yang terjadi beberapa kali di wilayah Jaobdetabek pada Sabtu dini hari.

Dentuman keras tersebut dikabarkan mampu menggetarkan daun pintu karena terdengar cukup keras di sejumlah wilayah.

Penyebab dentuman tersebut pun masih terus dikaji oleh para peneliti.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional pun mencoba menjelaskan fenomena alam tersebut berdasarkan hasil pemantauan menggunakan citra satelit.

Baca Juga: PVMBG Sebut Erupsi Gunung Anak Krakatau Terjadi dari Januari hingga Awal April 2020 

Dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari Instagram @lapan_ri, fenomena dentuman yang terjadi pada Sabtu, 11 April 2020 sekira pukul 2.00 dini hari kemungkinan bukan dari suara letusan Gunung Anak Krakatau.

Gunung Anak Krakatau yang telah memuntahkan abu vulkanik dengan ketinggian kolom abu 500 meter tadi malam sehingga membuat dugaan penyebab dentuman tersebut berasal dari aktivitas di dapur Gunung Anak Krakatau.

Namun, LAPAN mencoba menjelaskan fenomena tersebut dengan menjelaskan hasil pemantauan melalui citra satelit cuaca yaitu melalui citra visible dan infrared pada tanggal 10-11 April 2020.

Pengamatan tersebut dilakukan oleh peneliti ahli utama LAPAN yaitu Prof. Dony Kushardono.

Baca Juga: Hanya Minta APD ke Pemerintah, Seorang Dokter Dianiaya Polisi 

Letusan Gunung Anak Krakatau tersebut terlihat di citra mulai nampak pada pukul 23.10 WIB dengan mengeluarkan debu vulkanik yang menyebar ke arah barat atau menuju Pulau Sumatera.

Semburan debu vulkanik kian membesar pada pukul 24.00 dan berangsur-angsur berlangsung hingga pukul 05.00 WIB pada Sabtu pagi.

Debu vulkanik yang terbawa oleh angin tersebut mengarah ke arah barat bukan timur atau menuju Pulau Jawa.

Hal itu juga terlihat dari visualisasi citra satelit infrared yang menunjukkan suhu panas mengalir ke arah barat atau Pulau Sumatera bukan ke Pulau Jawa.

Sehingga dentuman keras yang tadi pagi didengar oleh masyarakat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, menurut LAPAN, kemungkinan bukan berasal dari suara letusan Gunung Anak Krakatau.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Lapan.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah