Habib Hanif Sebut Negara Terlalu Dalam Ikut Campur soal Azan: Tak Perlu Diutik-utik, Biarkan Saja Mengalir

- 11 Maret 2022, 09:12 WIB
Menantu HRS, Habib Hanif, mengatakan negara tak perlu mengutak-atik soal pengaturan suara adzan.
Menantu HRS, Habib Hanif, mengatakan negara tak perlu mengutak-atik soal pengaturan suara adzan. /Tangkapan layar YouTube Refly Harun

PR BEKASI - Menantu Habib Rizieq Shihab, Habib Hanif, mengungkapkan rasa tidak setujunya atas Surat Edaran No. 5 Tahun 2022 mengenai azan yang dikeluarkan Kementerian Agama.

Habib Hanif pun mengatakan bahwa pada tahun 2012, Wakil Presiden Boediono saat itu pernah mewacanakan pengaturan volume suara azan.

Akan tetapi, saat itu banyak kalangan yang menolak wacana pengaturan volume suara azan, di antaranya adalah kaum Nahdlatul Ulama.

Habib Hanif menyebut ketika itu Ketua PWNU Jawa Timur Kyai Haji Mutawakkil Alallah menolak wacana yang dilontarkan Boediono.

Baca Juga: Polsek Cikarang Berhasil Amankan 2 Pelaku Pembobol Rumah, Berikut Kronologinya

"Artinya ini sudah bagus, kok sekarang malah sebaliknya ?"
Pasalnya, dia menjelaskan, jika berada di lapangan, fakta yang terlihat berbeda-beda.

Ada wilayah yang antara satu masjid dengan masjid lain atau musala tersebut berdekatan.

Namun, ada juga yang antara satu masjid ke masjid atau musala lainnya itu berjauhan.

Baca Juga: Jimin BTS Pamer Tato Baru di Konser Permission To Dance On Stage, ARMY Menggila: Mau Lihat Bulan di Rumahku?

Menurutnya jika volume suara azan dibatasi, maka hal itu akan menimbulkan masalah.

Lantaran salah satu syiar dalam azan adalah mengangkat suara, jika volume ditentukan, maka syiar itu tidak akan sampai.

Dia berpendapat bahwa seharusnya perlu menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah atau daerah.

Jika di area tersebut antara masjid satu dengan lainnya berdekatan, maka pengaturannya bisa menyesuaikan.

Baca Juga: Jadwal Bali United, Persib, Arema, Perebutan Juara BRI Liga 1 Semakin Ketat!

"Itu bisa disepakati lah kalau memang jaraknya nggak berjauhan, tapi kalau yang jaraknya berjauhan, bagaimana kalau dibatasi suaranya?" tuturnya.

"Kalau diseragamkan, (itu) nggak tepat, nggak bijak, dan kondisinya beda-beda," katanya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Refly Harun.

Meskipun surat edaran tersebut tidak mengikat secara hukum atau tidak ada sanksi secara hukum, menurutnya itu tetap akan menjadi polemik di tengah masyarakat.

Fakta lainnya di tengah masyarakat pun beragam menurutnya, ada masjid yang banyak menggunakan toa luar seperti masjid-masjid Nahdlatul Ulama.

Baca Juga: Dituding Sponsori Lab Virus Corona Kelelawar di Ukraina, AS: China dan Rusia Promosikan Teori Konspirasi

Menurut sepengetahuannya, dia menyebut banyak kalangan NU yang memakai mik luar untuk melantunkan selawat, pujian kepada Rasulullah, hingga melakukan pengajian.

Hal serupa juga terjadi di masjid-masjid milik para habaib atau para kyai yang banyak menggunakan mik luar sebagai syiar.

"Selama ini sudah berjalan, biarkan ini jadi syiar yang berbaur dengan local wisdom, kearifan lokal," ujarnya.

"Ini saya bicara fakta ya, realita di masyarakat kita, ada masjid yang memang lebih banyak menggunakan toa luar," katanya.

Baca Juga: Klaim Ada Laboratorium Virus Corona Kelelawar di Ukraina, China dan Rusia Cecar AS

Diungkapkannya di beberapa daerah seperti Bogor, Cianjur, Sukabumi, ada guru-gurunya yang malah tidak menggunakan speaker karena berpendapat itu haram.

Meski begitu, pendapat seperti itu pun dihargainya karena menjadi gaya syiar mereka, dan tidak perlu dipermasalahkan.

"Jadi biarkan ini jadi civil society, biarkan ini jadi syiar yang berbaur dengan kearifan lokal, ini keindahan negeri kita," katanya.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Pria Berjantung Babi Meninggal hingga Ancaman Kudeta Putin

"Ini keindahan bangsa kita, kalau diatur-atur sedemikian rupa, negara terlalu dalam ikut campur masalah ini, saya khawatir justru akan menciptakan keresahan di tengah publik," tutur dia.

Dia merasa khawatir jika permasalahan suara azan ini diatur, maka hal itu akan menciptakan konflik baru ke depannya.

"Jadi saya rasa keindahan ini tidak perlu terlalu banyak diutik-utik, akhirnya malah jadi kaku, malah menciptakan polemik baru, biarkan saja itu mengalir," kata Habib Hanif.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: YouTube Refly Harun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x