Audun menjelaskan rutinitasnya selama tinggal di hutan kepada Daily Mail, "Kami akan bangun sendiri sebelum matahari terbit ketika kabut masih mengelilingi pepohonan. Saat matahari menghangatkan hutan, kami duduk di teras, bersantai, mengobrol, dan minum minuman panas.”
“Lalu kami akan memberi makan babi semi-liar dengan sagu. Setelah itu, kami bebas merencanakan pekerjaan apa pun yang kami inginkan," kata Audun.
"Pekerjaan bisa untuk berburu monyet, kelelawar, atau udang sungai. Membuat peralatan, kano, panah, keranjang, dan sebagainya,” tuturnya.
Audun melanjutkan, biasanya, mereka beristirahat sejenak di siang hari dan kemudian akan selalu memiliki aktivitas sosial.
Baca Juga: Anggap Corona Hanya Ada di Kota, Ganjar Pranowo: Warga Desa Keliru Pahami New Normal
Rumah di sana terbuka dan banyak pengunjung sering datang atau mereka akan mengunjungi seseorang untuk membicarakan gosip dan berita.
“Ketika gelap datang, kami duduk di dalam di sekitar lampu minyak. Saya membaca banyak buku ketika saya di sana,” katanya.
"Kadang-kadang kami membuat karya seperti keranjang rajutan. Hari-hari penuh dengan variasi yang lambat, tapi entah bagaimana waktu terus berjalan tanpa sadar," ceritanya.
Audun mengatakan bahwa ketika dia pertama kali bertemu Aman Paksa, warga suku yang tidak memiliki mesin, listrik, atau bahkan konsep uang.
Baca Juga: Uni Eropa Minta Platform Teknologi Raksasa Gencar Lawan Penyebaran Berita Palsu Soal Virus Corona