Hal itu menjadi kejanggalan bagi pihak keluarga.
Meskipun demikian, orang tua Albar Mahdi menerangkan pihak keluarga siap menerima kepulangan jenazah.
"Karena mendengar berita itu kami sock dan tidak bisa berpikir apa-apa yang kami harap adalah kedatangan ananda ke Palembang meskipun hanya tinggal mayat," ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa sosok ustadz yang mengiringi jenazah hingga ke alamat korban, disebutnya hanya sebagai perwakilan dari pihak pesantren.
Awalnya penjelasan kronologi kematian santri tersebut dapat diterima secara logis oleh pihak keluarga.
Akan tetapi, fakta menyebutkan tidak demikian sehingga pihak keluarga ingin melihat jasad korban secara langsung.
"Tetapi karena banyak laporan-laporan dari wali santri lainnya bahwa kronologi tidak demikian, kami pihak keluarga meminta agar mayat dibuka," tuturnya.
Apa yang disaksikannya sangat mengerikan, sehingga dia pun merasa sulit menerima kenyataan.
Keluarga besar Albar Mahdi tentu sangat geram dengan adanya tindakan penganiayaan yang disembunyikan oleh pihak pesantren Darussalam Gontor 1.