Tancap Gas Salip Vietnam di Produsen Kopi, Menristek: Kebun Kopi Indonesia Lebih Luas dari Vietnam

- 6 September 2020, 14:20 WIB
Ilustrasi seorang petani kopi sedang memilih biji kopi untuk dipanen.
Ilustrasi seorang petani kopi sedang memilih biji kopi untuk dipanen. /PIXABAY/Taufik_81

PR BEKASI - Indonesia memang dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia. Bukan hanya itu, Indonesia juga dikenal memiliki beragam jenis kopi yang memiliki cita rasa yang unik.

Setiap daerah di Indonesia, terkenal memiliki jenis kopi yang berbeda, yang merupakan ciri khas dari daerah tersebut. Contohnya, kopi luwak, kopi arabika gayo, kopi arabika flores, kopi toraja, dan lain sebagainya.

Menilik hal tersebut, maka Indonesia bertekad meningkatkan produktivitas kopi hingga dapat merebut kembali posisi produsen kopi nomor dua di dunia yang kini ditempati oleh Vietnam. Sedangkan kini, Indonesia berada di posisi keempat.

Baca Juga: Atasi Enam Isu Strategis di Jabodetabek-Punjur, Sofyan Djalil Usulkan Bentuk Tim Koordinasi

"Peningkatan produksi kopi menjadi salah satu program ekonomi nasional, mengingat 96 persen produk kopi Indonesia disumbang oleh perkebunan kopi rakyat," kata Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), sebagaimna dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Antara, Minggu, 6 September 2020.

Hal tersebut Bambang sampaikan dalam webinar "Indonesia dalam Peta Kopi Dunia: Peluang dan Prospek", yang digelar oleh Pusat Kajian Gastrodiplomasi Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Universitas Jember, Jawa Timur pada Sabtu sore, 5 September 2020.

Jika produktivitas kopi naik, lanjut dia, dampak positifnya akan dirasakan oleh masyarakat, dari petani hingga pelaku usaha di bidang kopi. Karena saat ini, rata-rata produk kopi per tahun Indonesia mencapai 600 ribu ton dari 1,3 juta hektare lahan perkebunan kopi.

Baca Juga: Cek Fakta: Covid-19 adalah Certificate of Vaccination Identification with Artificial Intelligence?

Dari jumlah tersebut, 45 persen diserap pasar dalam negeri, dan sisanya diekspor.

Bambang juga mengatakan, luas kebun kopi Indonesia lebih luas dibandingkan luas kebun kopi Vietnam. Namun, Vietnam lebih maksimal mengembangkan kopinya hingga mampu menyalip Indonesia.

Bukan hanya itu, saat ini petani Indonesia masih menghadapi kendala pada lahan petani yang terbatas, dan masih menjadi tanaman sampingan saja.

Baca Juga: Ditangkap dan Dinyatakan Positif Konsumsi Narkoba, Reza Artamevia Minta Maaf

Selain itu, masalah juga timbul pada tahapan pascapanen, sehingga Kemenristek/BRIN melalui LIPI telah mengembangkan teknologi yang tepat untuk petani kopi.

"Salah satu program bantuan teknologi tepat guna yang dimotori oleh LIPI dilakukan di Kabupaten Sumba Barat Daya, dan program itu berhasil melahirkan produk kopi yang dinamakan Aroma Kopi Sumba, yang berhasil menyabet gelar juara kopi nasional di tahun 2017 dan 2018 lalu," tuturnya.

Dirinya juga berharap, agar perguruan tinggi seperti Universitas Jember ikut berperan dengan membentuk konsorsium multidisiplin dalam meneliti kopi yang melibatkan banyak pakar dari berbagai disiplin keilmuan, agar pengembangan kopi Indonesia semakin maju.

Baca Juga: Berita Duka, Ledakan di Masjid Bangladesh Tewaskan 20 Korban Jiwa dan Belasan dalam Kondisi Kritis

Hal serupa juga disampaikan Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Irfan Anwar yang mengatakan, peningkatan produktivitas kopi perlu menjadi perhatian pemerintah, karena luasan kebun kopi Indonesia masih lebih besar daripada Vietnam.

Jika Indonesia memiliki luas 1,3 juta hektare, lanjut dia, Vietnam hanya memiliki 650 ribu hektare. Namun, produktivitas kebun kopi Vietnam masih lebih unggul, karena bisa menghasilkan 2,3 ton kopi per hektare, sedangkan di Indonesia maksimal hanya 700 kilogram saja.

"Tak heran, jika Vietnam melesat menjadi penghasil kopi nomor dua di dunia, dan produsen nomor satu dunia masih diduduki oleh Brazil, nomor tiga Kolombia, dan Indonesia ada di posisi nomor empat," kata Irfan Anwar.

Baca Juga: Tindaklanjuti Semburan Air yang Buat Geger Warga Bekasi, Rahmat Effendi Lakukan Peninjauan

Dirinya juga mengatakan, tantangan menaikkan produktivitas kebun kopi Indonesia juga menghadapi kendala saat ini, karena merebaknya pandemi Covid-19.

Sehingga ekspor kopi tersendat, yang merupakan dampak dari banyaknya hotel serta kafe yang tutup, yang membuat harga kopi dunia turun hingga 30 persen.

Namun, harga kopi speciality yang menjadi salah satu unggulan Indonesia masih bertahan.

Baca Juga: Lionel Messi Pilih Tetap di Barcelona, Christiano Ronaldo: Saya Ingin Dia Tinggalkan Zona Nyamannya

Jika peningkatan produksi kopi bisa diwujudkan, 2 juta petani Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada usaha perkebunan kopi akan lebih sejahtera, termasuk para pelaku usaha kopi dari hulu hingga hilir.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x