Haho menjelaskan bahwa ketertarikannya terhadap tato dimulai sejak masih SMP, ketika dirinya kerap menonton film bertema gangster.
"Pas masih kecil pikirannya belum dewasa, apa-apa serba ikut-ikutan. karena sering nonton film gangster juga kan, jadi kayaknya kok keren. Akhirnya saya pasanglah kecil, kalau langsung besar kan sakit dan bikin meriang. Bohong kalau ada orang bilang ditato itu enggak sakit. Terus nambah lagi sampai lama-lama penuh," ujar Hoho.
Baca Juga: Bisa Ungkap Informasi Lebih, Kominfo Imbau Masyarakat Berhati-hati dalam Penggunaan Data Pribadi
Hoho mengatakan ketertarikan kepada tato itu diungkapkan pertama kali dengan memasang tato saat SMA. Ketika itu, Ia memasang tato pada tiga bagian tubuh seperti punggung, dada, dan paha kiri.
"Saat kelas 2 mau naik ke kelas 3 SMA, dulu tatonya kecil soalnya ngumpet-ngumpet takut ketauan orangtua. Pas ketauan saya dimarahin habis-habisan," ujar Hoho.
Awalnya Hoho hanya memasang tato pada bagian tubuhnya yang tidak terlihat. Namun karena sudah tidak ada tempat, akhirnya terakhir tahun 2019, tato dipasang ada di bagian lengan kiri dan kanan.
Baca Juga: Runner’s high, Sensasi Euforia Saat Berlari Mirip Kasus Kecanduan Obat Terlarang
Meskin penuh tato, Hoho mengatakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap dirinya tidak ada pengaruh. Hal itu dibuktikan dengan bisa terpilihnya Hoho menjadi Kepala Desa Purwasaba.
"Boleh dikatakan kemenangan saya itu mutlak. Saya dapat sampai 50 persen suara, 50 persen sisanya itu dua calon lainnya dibagi dua," jelas Hoho.
Diketahui terpilihnya Hoho juga karena sebagian masyarakat yang tidak terlalu peduli soal penampilan, menurut masyarakat di sana, yang paling penting adalah komitmen dan hasil kerja yang dilakukan.